Seorang ahli pernapasan bersaksi pada Kamis (8/4), bahwa George Floyd meninggal karena kekurangan oksigen dan lutut petugas polisi Derek Chauvin berada di leher Floyd "lebih dari 90 persen dari waktu" saat ia diborgol, telungkup di jalan.
Ahli paru dr Martin Tobin mengatakan kepada juri di sidang pembunuhan oleh Chauvin bahwa ia melihat video penangkapan Floyd pada 25 Mei 2020 "ratusan kali".
"Tuan Floyd meninggal karena kekurangan oksigen," kata Tobin kepada juri yang terdiri dari sembilan perempuan dan lima laki-laki di ruang sidang Minneapolis yang dijaga ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menyebabkan kerusakan di otaknya," lanjutnya merujuk pada arrhythmia atau detak jantung yang tak teratur yang "menyebabkan jantungnya berhenti".
Chauvin yang berusia 45 tahun terlihat dalam video berlutut di atas leher Floyd selama lebih dari sembilan menit ketika pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun itu berulang kali mengeluh "tak bisa bernapas".
Video penangkapan Floyd memicu protes ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi di Amerika Serikat juga seluruh dunia.
Tobin mengatakan napas Floyd melemah karena dia menghadap jalan, diborgol, dan dengan kaki Chauvin serta petugas lainnya di leher juga punggungnya.
Pengacara pembela Chauvin, Eric Nelson, mengatakan beberapa kali selama persidangan bahwa bobot polisi itu sebenarnya ada di bahu atau punggung Floyd, bukan di lehernya.
Pernyataan itu dibantah Tobin.
"Lutut petugas Chauvin hampir di leher [Floyd] sepanjang waktu," katanya. "Lebih dari 90 persen dari waktu [durasi],"
Tobin bersaksi sebagai saksi ahli untuk penuntutan. Dokter yang berbasis di Chicago itu mengatakan dia telah bersaksi sebelumnya di persidangan malpraktik medis.
Namun bagi Tobin, ini adalah pengadilan kriminal pertamanya dan dia tak dibayar siapapun.
Chauvin yang mengaku tidak bersalah, terancam menghabiskan 40 tahun di penjara bila terbukti bersalah atas tuduhan paling serius: pembunuhan tingkat dua.
Veteran 19 tahun dari Kepolisian Minneapolis itupun telah dipecat setelah kematian Floyd.
Jaksa berusaha untuk membuktikan bahwa kematian Floyd disebabkan karena sesak napas. Sementara Chauvin membela diri dengan menuding kematian Floyd karena obat-obatan terlarang dan riwayat kesehatannya.
Tobin menolak klaim pembelaan bahwa riwayat kesehatan Floyd mungkin berkontribusi dalam kematian pria tersebut.
"Orang sehat yang diperlakukan seperti yang terjadi pada Tuan Floyd akan meninggal akibat tindakan tersebut," kata Tobin.
Ilmuwan forensik Breahna Giles sebelumnya bersaksi pada Rabu (7/4) bahwa pil yang mengandung metamfetamin dan fentanil ditemukan di mobil Floyd dan di mobil polisi. Beberapa pil juga memiliki air liur yang cocok dengan DNA Floyd.
(afp/end)