Fakta-fakta Pembantaian Armenia 1915 yang Disebut Genosida
Presiden Amerika Serikat Joe Biden membuat pernyataan bersejarah usai menyebut pembantaian Armenia di Kekaisaran Ottoman pada 1915 silam sebagai genosida alias pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa.
Pernyataan Biden itu dianggap sebagai kemenangan besar bagi Armenia, setelah sebelumnya beberapa negara juga mengamini tindakan genosida itu, seperti Uruguay, Prancis, Jerman, Kanada, hingga Rusia.
Walau demikian, Kementerian luar negeri Turki lantas memanggil Duta Besar AS David Satterfield untuk menyatakan ketidaksenangannya, sebab pernyataan Biden itu dinilai telah menyebabkan 'luka dalam hubungan yang sulit diperbaiki'.
Dengan polemik itu, maka perlu mengetahui beberapa fakta atas pembantaian yang telah mengakibatkan ratusan ribu bahkan jutaan nyawa melayang. Mengutip Reuters, berikut fakta yang perlu diketahui mengenai pembantaian Armenia pada April 1915 silam:
1. Tewas di padang pasir
Disebutkan bahwa pada tahun 1894-1896 puluhan ribu orang Armenia yang memeluk Kristen dan tinggal di Anatolia Timur - sekarang Turki Timur - dibantai oleh Kekaisaran Ottoman, terutama etnis Kurdi.
Sementara pada 1.896 ribuan lainnya juga dilaporkan tewas di Konstantinopel - sekarang Istanbul - usai tentara Armenia berusaha merebut wilayah yang dikuasai Ottoman.
Kemudian kala Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman melawan pasukan Rusia di Anatolia timur, sehingga kondisi itu membuat banyak orang Armenia membentuk kelompok partisan untuk membantu tentara Rusia yang menyerang ottoman.
Namun demikian, puncaknya pada Pada 24 April 1915, Kekaisaran Ottoman menangkap satu persatu warga Armenia dan membunuh mereka dalam pembersihan etnis.
Lalu pada Mei 1915, komandan Ottoman memulai deportasi massal orang-orang Armenia dari Anatolia timur.
Ribuan orang yang diusir dari wilayahnya pergi ke wilayah selatan menuju Suriah dan Mesopotamia.
Kala itu, saksi hidup orang Armenia mengatakan sekitar 1,5 juta orang tewas dalam pembantaian itu atau meninggal akibat kelaparan dan kelelahan di padang pasir.
2. Bantahan Turki
Republik Turki yang dideklarasikan di Ankara pada tahun 1923 setelah kekaisaran Ottoman runtuh, kerap membantah adanya "usaha sistematis" untuk memusnahkan orang-orang Armenia pada pembantaian massal 1915 silam itu.
Merek menyebut bahwa ribuan orang Turki dan Armenia tewas dalam peperangan antar etnis ketika kekaisaran Ottoman mulai runtuh.
Republik Turki juga menyebut jutaan jiwa melayang itu imbas peperangan dalam invasi Rusia selama Perang Dunia I.