Sederet kabar meramaikan berita internasional sepanjang Selasa (27/4), mulai dari badai gelombang dua Covid-19 di India hingga pergolakan di Myanmar yang belum mereda.
Dokter-dokter di India terus meratap meminta bantuan pasokan oksigen karena tak kuasa lagi melihat para pasien penderita Covid-19 yang mereka rawat tersengal kehabisan napas.
Menanggapi jeritan ini, sejumlah negara pun mengirimkan bantuan berupa alat medis dan berton-ton oksigen cair untuk disebar ke berbagai rumah sakit di India. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengirimkan bantuan serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[WHO mengirimkan] ribuan konsentrator oksigen, rumah sakit berjalan, dan pasokan untuk laboratorium," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip AFP.
Selain itu, WHO juga mengirimkan 2.600 ahli kesehatan mereka dari berbagai program, termasuk polio dan tuberkulosis, untuk bekerja sama dengan otoritas kesehatan India dalam mengatasi pandemi.
Saat ini, sejumlah rumah sakit di New Delhi juga tidak sanggup lagi merawat pasien Covid-19 yang terus berdatangan. Banyak pasien terpaksa dirawat di luar rumah sakit atau dipulangkan ke rumah.
2. Junta Myanmar Masih Pikir-pikir Jalankan Usulan ASEAN
Sementara itu, kabar mengenai pergolakan di Myanmar juga masih ramai diperbincangkan, terutama setelah panglima junta militer, Min Aung Hlaing, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
Dalam kabar terbaru, Aung Hlaing menyatakan bahwa ia masih mempertimbangkan usulan yang tertuang dalam lima poin konsensus KTT ASEAN tersebut.
Menurut pernyataan resmi junta, usulan akan dipertimbangkan dengan baik jika sejalan dengan peta jalan yang mereka buat, dan sesuai kepentingan negara atas dasar tujuan dan prinsip ASEAN.
Rapat darurat ASEAN di Jakarta ada 24 April lalu menyimpulkan lima poin konsensus. Pertama, kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.
Kedua, dialog konstruktif antara semua pihak terkait untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat. Ketiga, utusan khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre. Kelima, utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.
Di belahan Barat, ketegangan antara Turki dan Amerika Serikat juga belum mereda setelah Presiden Joe Biden mengakui secara resmi pembantaian bangsa Armenia di masa Kekaisaran Ottoman sebagai genosida.
Pada Selasa, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerang balik Biden dengan mengatakan bahwa sang presiden AS juga harus berkaca.
"Beliau (Biden) harus berkaca. Kita juga bisa membahas tentang perbudakan dan diskriminasi rasial terhadap kulit hitam, perlakuan terhadap bangsa asli Amerika dan perbuatan tentara AS dalam perang Vietnam," kata Erdogan seperti dilansir AFP.
Erdogan menyebut bahwa klaim Biden merupakan pernyataan tidak berdasar dan merusak hubungan kedua negara.
(has)