Faktor di Balik Lonjakan Infeksi Corona di India Terungkap

CNN Indonesia
Senin, 03 Mei 2021 12:20 WIB
Pemerintah India disebut mengabaikan saran ilmuwan tentang bahaya virus corona mutasi sebelum terjadi lonjakan infeksi.
Ilustrasi kremasi jenazah pasien virus corona di India. (AP/Rafiq Maqbool)

Pemerintah India tak mengambil langkah apa-apa untuk mencegah penyebaran varian baru. Sehingga orang yang terinfeksi meningkat empat kali lipat pada 1 April dan dari bulan-bulan sebelumnya.

Modi dan puluhan politisi lainnya justru sibuk menggelar kampanye pemilihan kepala daerah sepanjang Maret hingga April.

Pemerintah juga mengizinkan festival keagamaan Kumbh Mela, atau mandi di sungai selama beberapa pekan, dan dihadiri oleh jutaan umat Hindu. Sementara itu, puluhan ribu petani diizinkan tetap berkemah di pinggiran ibu kota New Delhi untuk memprotes undang-undang pertanian yang baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

INSACOG kemudian melaporkan temuan mereka ke Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) di New Delhi. Direktur NCDC, Sujeet Kumar Singh, baru-baru ini mengatakan keputusan penguncian wilayah (lockdown) ketat seharusnya diterapkan pada awal April.

"Waktu yang tepat, menurut pemikiran kami, adalah 15 hari sebelumnya," kata Singh dalam rapat pada 19 April.

Singh tidak mengatakan dalam pertemuan tersebut apakah dia memperingatkan pemerintah secara langsung tentang perlunya lockdown. Dia hanya mengatakan sudah menyampaikan hal itu kepada pemerintah.

"Saya sudah menyatakan dengan sangat jelas kalau tidak ada kebijakan tegas yang diambil sekarang juga, maka bakal terlambat untuk menahan lonjakan kematian seperti yang akan kita lihat," kata Singh.

Singh mengatakan saat itu sejumlah pejabat menyatakan khawatir jika pemerintah kembali menerapkan lockdown, maka bisa memicu kerusuhan di sejumlah kota kecil. Selain itu, menipisnya persediaan oksigen turut membuat rumit permasalahan yang tengah dihadapi.

Desakan supaya pemerintah segera bertindak juga disampaikan oleh Satuan Tugas Nasional Covid-19 India. Satgas itu dibentuk pada akhir April lalu yang beranggotakan 21 pakar kesehatan.

Tugas mereka adalah memberikan panduan dan teknis kepada menteri kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan. Satgas itu dipimpin oleh V.K. Paul yang merupakan salah satu penasihat Modi dalam urusan pandemi virus corona.

Menurut seorang ilmuwan yang hadir dalam rapat Satgas Covid-19 India pada 15 April, saat itu seluruh anggota sepakat bahwa ada bahaya mengancam dan pemerintah perlu memberlakukan lockdown. Menurut dia, Paul hadir dalam rapat itu.

Paul tidak menjawab permintaan konfirmasi Reuters tentang isi rapat itu.

Dua hari setelah Singh meyampaikan pendapat, Modi berpidato di depan negara pada 20 April dan menyatakan menentang lockdown nasional.

Dia mengatakan lockdown harus menjadi pilihan terakhir dalam memerangi virus corona. Penguncian nasional India yang pernah diberlakukan selama dua bulan pada tahun lalu membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan menghancurkan perekonomian mereka.

"Kami berada dalam situasi yang sangat serius. Orang lebih banyak mendengarkan politikus daripada ilmuwan," kata Shanta Dutta, seorang ilmuwan penelitian medis di Institut Nasional Penyakit Kolera dan Penyakit Enterik India.

Direktur Pusat Biologi Seluler dan Molekuler yang juga anggota tim INSACOG, Rakesh Mishra, mengatakan komunitas ilmiah negara itu sedih terhadap sikap pemerintah dalam memperlakukan saran dari ilmuwan.

"Kami bisa melakukan lebih baik, ilmu kami bisa diberikan lebih penting. Apa yang kami amati dengan cara apa pun, itu seharusnya digunakan dengan lebih baik," katanya kepada Reuters.

Menurut Direktur Institut Nasional Genom Biomedis India sekaligus anggota INSACOG, Saumitra Das, kondisi saat ini ibarat nasi sudah menjadi bubur. Menurut dia kekeliruan itu tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah.

"Tidak ada gunanya menyalahkan pemerintah," kata Das.

(isa/ayp)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER