Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, menghadiri persidangan secara langsung pada Senin (24/5), untuk pertama kalinya sejak dikudeta junta militer pada 1 Februari lalu.
Salah satu pengacara Suu Kyi, Thae Maung Maung, menuturkan kliennya itu hadir dalam persidangan hari ini dalam kondisi sehat.
Ini merupakan kali pertama Suu Kyi menghadiri langsung persidangan. Selama ini, Suu Kyi menghadiri serangkaian persidangan secara virtual dari tahanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maung menuturkan bahwa Suu Kyi bahkan sempat bertemu tatap muka dengan tim kuasa hukumnya selama 30 menit sebelum menghadiri persidangan kali ini.
Dikutip Reuters, media lokal Myanmar, Frontier Myanmar, melaporkan bahwa Suu Kyi sempat mendoakan yang terbaik bagi rakyat Myanmar sebelum sidang dimulai.
Sejauh ini, junta militer Myanmar telah menuntut Suu Kyi dengan setidaknya enam dakwaan. Dakwaan paling serius Suu Kyi adalah tuntutan di bawah Undang-Undang Rahasia Negara. Dakwaan itu juga dijatuhkan kepada tiga menteri dan penasihat ekonominya.
Jika terbukti bersalah, Suu Kyi bisa dihukum penjara hingga 14 tahun.
Lima dakwaan lain yang dijatuhkan terhadap Suu Kyi antara lain terkait kepemilikan walkie-talkie ilegal, melanggar kebijakan pembatasan Covid-19, melanggar undang-undang telekomunikasi, niat menyebabkan keresahan publik, hingga pelanggaran terhadap UU Manajemen Bencana Alam.
Suu Kyi terancam tidak lagi bisa berpolitik jika terbukti bersalah terkait empat dakwaan itu.
Belum lama ini, junta militer juga menuduh Suu Kyi menerima suap dari seorang pengusaha sebesar US$550 ribu atau sekitar Rp7,9 miliar antara 2019-2020.
Tim pengacara Suu Kyi mengatakan tuduhan itu dibuat-buat dan menganggap tudingan penyuapan sebagai lelucon.
Sementara itu, kekerasan aparat junta Myanmar terhadap warga sipil terus terjadi. Bentrokan militer dengan milisi di perbatasan juga semakin menjadi.
Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan sedikitnya 812 orang sejak kudeta terjadi.
Namun, pihak militer Myanmar membantah angka tersebut dan mengatakan setidaknya puluhan anggota pasukan keamanan juga tewas dalam bentrokan anti-kudeta sejauh ini.
(rds/has)