Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menganggap sengketa Laut China Selatan merupakan ujian besar bagi kemitraan negara anggota ASEAN dengan Tiongkok.
Retno pun mendesak ASEAN dan China segera melanjutkan kembali pembahasan teks kode etik (code of conduct/CoC) antara kedua belah pihak sebagai pedoman negara-negara dalam berperilaku di Laut China Selatan.
"Kemampuan kita mengelola Laut China Selatan akan menjadi ujian hubungan ASEAN-China. Karena itu, ASEAN-China harus segera lanjutkan pembahasan CoC yang kemajuannya saat ini sangat lambat," kata Retno dalam pertemuan para menlu ASEAN-China di Chongqing pada Minggu (6/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Retno, kemampuan ASEAN dan China mengelola Laut China Selatan dapat memperkuat kemitraan kedua belah pihak "yang setara dan menguntungkan".
"Dalam kaitan ini, Indonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan pembahasan CoC dalam waktu dekat. Indonesia juga mendorong semua pihak bisa mematuhi Declaration of Conduct (DoC) termasuk semua pihak agar menahan diri," ujar Retno.
Pembahasan CoC yang telah berlangsung belasan tahun ini telah mencapai tahap second reading. Namun, akibat pandemi virus corona, pembahasan isi CoC tersebut tertunda.
CoC sendiri dibentuk demi mencegah negara yang memiliki sengketa wilayah di Laut China Selatan terlibat konflik terbuka.
Retno turut menyinggung dinamika geopolitik global yang tengah berkembang saat ini mengharuskan setiap negara bisa mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan dan sengketa.
Menurutnya, penting untuk membangun kepercayaan strategis, bukan perilaku yang semakin mengurangi kepercayaan antara satu sama lain.
Laut China Selatan memang terus menjadi sorotan terutama setelah Beijing terus menegaskan klaim sepihaknya atas sebagian besar wilayah perairan yang kaya sumber daya alam itu.
Belakangan, China dilaporkan terus mendorong ratusan kapal ikan dan patrolinya untuk berlayar di Laut China Selatan yang kerap bertabrakan dengan wilayah perairan negara lain.
Baru-baru ini, belasan jet tempur China bahkan menerobos wilayah udara Malaysia di Pulau Kalimantan yang berdekatan dengan Laut China Selatan.
Insiden itu membuat Malaysia terpaksa mengerahkan jet tempurnya untuk mencegat manuver pesawat-pesawat militer China. Beijing mengklaim bahwa mereka hanya melakukan latihan rutin dan tak memasuki wilayah udara Negeri Jiran.
Selain isu Laut China Selatan, Retno menuturkan pertemuan ASEAN-China juga membahas sejumlah isu seperti kerja sama penanganan pandemi virus corona, pengadaan vaksin, hingga penyelesaian krisis politik di Myanmar akibat kudeta militer.
"Keselamatan dan kesejahteraan rakyat Myanmar serta pemulihan demokrasi di negara tersebut harus menjadi prioritas utama kita. Dukungan China terhadap ASEAN dalam hal tindak lanjut implementasi lima konsensus akan sangat dihargai karena ini dapat memberikan kontribusi upaya solusi damai atas krisis yang terjadi," kata Retno.
(rds/dea)