Trudeau Kecam Serangan Teroris yang Tewaskan Keluarga Muslim
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengecam serangan "teroris" yang menewaskan empat orang dari satu keluarga Muslim di Ontario pada Minggu (6/6) lalu.
"Pembunuhan ini bukan kecelakaan. Ini merupakan serangan teroris, dipicu kebencian, dan di jantung rakyat kami," ujar Trudeau, seperti dikutip AFP, Selasa (8/6).
Seorang detektif kepolisian Kanada, Paul Waight, juga sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya meyakini insiden ini terjadi atas dasar kebencian.
"Ada bukti bahwa tabrakan ini direncanakan, dipicu oleh kebencian. Diyakini bahwa korban ini menjadi target karena mereka Muslim," ujar Waight, Senin (7/6).
Waight mengatakan bahwa insiden ini terjadi sekitar pukul 20.40 waktu setempat. Saat itu, lima orang dari satu keluarga Muslim sedang berjalan bersama di satu ruas jalan.
Kelima orang itu sedang menunggu waktu untuk menyeberang ketika tiba-tiba satu truk hitam menabrak mereka.
Kepolisian tak mengungkap identitas korban tabrakan ini. Namun, pejabat setempat mengungkap bahwa korban merupakan sepasang suami istri bersama anak dan nenek buah hati mereka.
"Keluarga ini merupakan teladan karena selalu memberi dan ikut serta menyebarkan kebaikan," demikian pernyataan kerabat keluarga tersebut.
Trudeau menyadari bahwa, "masih ada sikap intoleran seperti ini di Kanada, seperti yang kita lihat di tempat lain di dunia."
Tabrakan terencana ini memang disebut-sebut membangkitkan trauma komunitas Muslim di Kanada yang menjadi target berbagai serangan dalam beberapa tahun belakangan.
Salah satu insiden yang paling menjadi sorotan terjadi pada Januari 2017. Saat itu, seorang pria menerobos masuk ke masjid di Quebec City dan melepaskan tembakan membabi buta hingga menewaskan enam orang.
Dewan Nasional Muslim Kanada pun menyatakan bahwa serangan semacam ini tak dapat diterima. Para pemimpin di Ontario juga menyatakan bahwa mereka tak menerima serangan berdasarkan kebencian seperti ini.
"Kebencian dan Islamofobia tak punya tempat di Ontario. Tindakan kekerasan seperti ini harus berhenti," ucap pemimpin Ontario, Doug Ford.
(has)