Pemerintahan Moise diwarnai dengan gejolak politik. Pengusaha ekspor pisang yang terjun menjadi politikus itu terpilih menjadi presiden pada 2017.
Sejak itu pula pemerintahan Moise digoyang beragam isu, mulai dari korupsi hingga salah urus perekonomian. Moise juga dituduh berada di balik aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok geng setempat.
Kelompok aktivis setempat curiga geng itu dibentuk karena persaingan politik dan bisnis oleh para elite di negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moise juga pernah mengatakan ada kekuatan lain yang selalu memicu kerusuhan di negaranya. Dia menuduh kerusuhan itu dibuat-buat oleh para politikus dan pejabat serta pengusaha korup yang tidak senang atas kebijakannya yang hendak melakukan reformasi politik dan menjalankan pemerintahan yang bersih di Haiti.
Akan tetapi, Moise tidak bisa menunjukkan bukti-bukti terkait pernyataan itu.
Situasi politik dan keamanan di Haiti terus bergolak setelah dinasti politik Jean-Claude Duvalier dan mendiang ayahnya, Francois Duvalier, tumbang akibat demonstrasi pada 1986. Sejak itu pula sejumlah aksi kudeta dan intervensi negara asing terjadi di negara itu.
Mantan Presiden Jean-Bertrand Aristide dilengserkan melalui pemberontakan pada 2004. Saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirimkan pasukan penjaga perdamaian yang tugasnya berakhir pada 2019 lalu, meski kondisi Haiti masih kacau balau.
Pembunuhan terhadap Moise dikhawatirkan membuat kondisi Haiti semakin tidak karuan. Apalagi negara itu tengah dibelit krisis ekonomi dan juga terdampak pandemi virus corona.
Selain itu, Haiti adalah negara yang kerap dilanda bencana alam seperti badai dan gempa bumi.
Negara tetangga Haiti, Republik Dominika, bahkan terpaksa menutup perbatasan akibat kejadian itu.
(ayp/ayp)