Tampuk kekuasaan Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, berada di ujung tanduk setelah partai politik terbesar di Negeri Jiran, UMNO, menarik dukungan terhadap pemerintah.
Salah satu alasan UMNO adalah karena pemerintahan Muhyiddin dinilai gagal menangani pandemi virus corona. UMNO bahkan mendesak Muhyiddin mundur sebagai perdana menteri.
Sama seperti Indonesia, Malaysia saat ini juga tengah berjuang menghadapi gelombang baru infeksi Covid-19. Lonjakan Covid-19 pun diperparah dengan penyebaran varian Delta corona yang lebih cepat menular.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal pandemi, kabinet Muhyiddin dinilai berhasil menekan penyebaran dan laju infeksi Covid-19, salah satunya dengan menerapkan penguncian wilayah (lockdown) pada Maret tahun lalu.
Saat itu, laju infeksi harian corona dapat ditekan.
Namun, persepsi masyarakat berubah menjadi kekecewaan setelah pemerintahannya kembali menetapkan status darurat dan lockdown akibat lonjakan kasus baru-baru ini.
Negeri Jiran terus mencatat rekor infeksi harian lebih dari 7.000 kasus dalam dua hari berturut-turut pada Rabu (7/7).
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah, mengatakan pemerintah mencatat 7.097 kasus Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, Malaysia mencatat 7.654 kasus Covid-19 pada sehari sebelumnya.
Dengan jumlah tersebut, saat ini Malaysia mencatat total lebih 808 ribu kasus Covid-29 dengan hampir 6 ribu kematian.
Pasien corona yang masuk unit perawatan intensif (ICU) juga dilaporkan memecahkan rekor sebanyak 943 orang. Hingga kini, pasien yang diintubasi mencapai 450 orang.
Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di ICU juga masih melebihi 100 persen.
Beberapa rumah sakit di Kuala Lumpur, Selangor, Negeri Sembilan, dan Labuan saat ini juga dilaporkan telah melampaui batas maksimal dalam merawat pasien Covid-19.
Baca lanjutannya di halaman berikutnya>>>