Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara hingga Eropa mengalami gelombang baru infeksi virus corona (Covid-19).
Salah satu faktornya diduga adalah penyebaran virus corona varian Delta yang disebut lebih cepat menular di tengah masyarakat.
Kondisi ini membuat tenaga medis dan rumah sakit kewalahan menghadapi lonjakan kasus Covid-19 sehingga harus menerapkan pembatasan mobilitas penduduk. Namun, hal itu memicu masalah lain yakni penduduk kesulitan mendapatkan penghasilan buat membeli kebutuhan sehari-hari demi bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, informasi keliru yang beredar cepat melalui media sosial memicu kepanikan masyarakat hingga melakukan hal-hal di luar batas seperti memborong barang atau obat-obatan tertentu yang diyakini bisa menangkal Covid-19, meski tidak ada bukti penelitian yang mendukung.
Seorang pakar penyakit menular dari Amerika Serikat, dr. Faheem Younus, lantas mengulas situasi Covid-19 di Indonesia melalui cuitan Twitter. Dia menjadi populer di kalangan netizen dalam negeri karena sejumlah cuitannya menggunakan bahasa Indonesia.
Berikut ini hasil wawancara CNNIndonesia.com dengan dr. Faheem Younous.
Bisa dipaparkan secara singkat mengenai latar belakang Anda?
Saya adalah anggota Masyarakat Ilmuwan Penyakit Menular Amerika Serikat dan juga Kepala Bidang Penyakit Menular di Rumah Sakit Sekolah Kedokteran Upper Chesapeake Universitas Maryland.
Selain itu, saya juga menjabat sebagai Wakil Presiden dan Manajer Kualitas Pelayanan di rumah sakit itu.
Saya sudah 30 tahun berpengalaman menangani kasus penyakit infeksi.
Apa bidang praktik kedokteran yang Anda tekuni saat ini? Apakah umum atau spesialis?
Saya spesialis penyakit menular dan pencegahan penyakit menular. Saya tidak membuka praktik umum.
Apakah Anda juga ikut menangani pasien Covid-19 di Amerika Serikat?
Betul. Pasien Covid-19 yang pertama saya tangani di rumah sakit itu pada 8 Maret 2020. Sejak saat itu saya menangani dan melakukan diagnosa terhadap ratusan pasien Covid-19 dan juga berada di garda terdepan penanganan.
Bisa dijabarkan tentang pengalaman Anda ketika menangani pasien Covid-19 di AS?
Perkembangannya sangat cepat. Pada mulanya saat kami menangani para pasien Covid-19 kami juga belum mengetahui seperti apa protokol yang harus diterapkan, jadi kami melakukan uji coba dengan berbagai obat-obatan dan terapi seperti hidroksiklorokuin, azithromycin, plasma konvalesen dan berbagai cara lain.
Kemudian setelah muncul hasil studi obat-obatan dan terapi itu tidak memberi keuntungan apapun bagi pasien dan kemudian ada protokol baru yang diterapkan.
Sejak September 2020 tingkat kematian pasien Covid-19 semakin menurun karena penerapan protokol pengobatan yang didukung dengan data penelitian.
Apakah Anda memang memahami bahasa Indonesia? Kalau tidak saya penasaran bagaimana Anda membuat cuitan dengan bahasa Indonesia? Apakah ada orang lain yang membantu Anda? Kalau ada, siapa yang membantu Anda membuat cuitan dalam bahasa Indonesia?
Sebenarnya saya tidak memahami bahasa Indonesia. Saya menggunakan perangkat Google Translate untuk membuat cuitan ke dalam bahasa Indonesia dan hasilnya baik.
Mengapa Anda tertarik mengulas soal lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia melalui Twitter? Faktor apa yang membuat Anda tertarik dengan Indonesia?
Tidak juga. Sepanjang pandemi ini saya terus mengikuti perkembangan tentang virus. Di manapun terjadi lonjakan kasus, maka saya akan fokus untuk mencoba meringankan beban penderitaan.
Tahun lalu saya rajin mencuit untuk seluruh warga Amerika Serikat, lalu virus itu menyebar ke Pakistan jadi saya mulai fokus mencuit tentang situasi di sana.
Saya bahkan pernah mencuit di Twitter dalam bahasa Urdu. Saya mencoba membantu rekan-rekan saya India ketika mereka menghadapi gelombang kedua.
Saya juga mengirim pesan untuk meningkatkan kesadaran penduduk di Nepal. Saya juga mencuit dalam bahasa Spanyol kepada para penduduk di wilayah Amerika Selatan.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan saya melihat terjadi lonjakan kasus sejak Mei hingga Juni, dan hal itu bisa mengarah kepada situasi krisis seperti yang dialami India. Maka dari saya merasa perlu membantu.
Apakah Anda mengetahui kalau cuitan Anda di Twitter sangat populer di kalangan netizen Indonesia di tengah situasi lonjakan kasus Covid-19?
Saya mempunyai ide berbasis interaksi seperti yang saya lihat di Twitter.
Bagaimanapun juga tujuan utama saya sebagai dokter adalah untuk membantu orang lain dan tidak terlalu mengutamakan popularitas. Itu tujuan utama saya.
Bagaimana Anda bisa mengetahui soal mitos-mitos tentang khasiat susu hingga Ivermectin sebagai obat Covid-19, yang saat ini membuat bingung penduduk Indonesia di tengah lonjakan kasus Covid-19?
Saya punya banyak teman dari Indonesia dan sebagian netizen Indonesia mengirimkan pertanyaan soal itu melalui media sosial dan meminta pendapat saya.
Berkaca dari pengalaman Anda sebagai tenaga kesehatan, apa saran Anda untuk pemerintah di negara manapun, tentu dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, ketika menghadapi lonjakan kasus Covid-19?
Tentu saja para pakar di negara Anda lebih bisa memberi panduan bagi pemerintah. Namun, dalam 18 bulan terakhir saya mendapatkan beberapa pelajaran yang sepertinya bisa diterapkan secara universal di negara manapun.
Pertama komunikasi harus jelas dan konsisten supaya rakyat tidak mudah percaya dengan informasi yang simpang siur. Ini adalah perangkat yang paling murah dan efektif dalam memerangi pandemi.
Bentuk komunikasi itu seharusnya dipimpin oleh para pakar kesehatan yang tidak punya kaitan terhadap sebuah kekuatan politik.
Kedua, pemerintah perlu menerapkan aturan untuk mencegah penyakit seperti mewajibkan penggunaan masker dan membatasi pertemuan di dalam ruangan. Di saat itu pemerintah juga bisa menerapkan pembatasan.
Ketiga meningkatkan kemampuan dan kapasitas rumah sakit untuk mengobati pasien dengan layak.
Terakhir adalah pemberian vaksin bagi semua orang dan menyampaikan pentingnya vaksinasi supaya orang-orang memahami.
Menurut Anda seberapa efektif peran dan kekuatan media sosial bagi dokter dan tenaga kesehatan terutama di tengah masa pandemi?
Tidak ada yang bisa berdiri sendiri. Kita semua memainkan peran kecil dan pada akhirnya upaya kolektif yang bisa mengalahkan pandemi ini.
Ketika informasi yang kredibel disajikan oleh penyedia layanan kesehatan itu mudah dipahami, hal itu meningkatkan pemahaman masyarakat dan memungkinkan semua orang untuk bersatu. Jadi saya percaya itu efektif.
Menurut Anda apakah ada perbedaan penanganan Covid-19 di masa Presiden Donald Trump dan Presiden Joe Biden? Apa saja perbedaan mendasar dari kebijakan dua presiden AS tersebut terkait penanganan Covid-19?
Iya tentu. Pada 2020 negara kami tidak mempunyai kebijakan yang didukung dengan data untuk melawan virus cini.
Lembaga utama kami, Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC), tidak memainkan peranannya sebagai garda terdepan.
Para pakar merasa pendapat mereka tidak didengar. Pada 2021 kami fokus terhadap vaksinasi dan hasilnya bisa Anda lihat bahwa kasus dan kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat menurun. Ini bukan sebuah kebetulan.
Menurut pendapat Anda, apa titik lemah dan hambatan utama yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi?
Sekali lagi, saya memilih menyerahkan hal itu kepada para pakar dan pembuat kebijakan di Indonesia yang lebih memahami. Tugas saya adalah membantu.
Indonesia dan AS sangat berbeda dari segi ekonomi, kepemimpinan dan karakter masyarakat. Terkait dengan seluru faktor itu, apa pelajaran yang bisa dipetik oleh pemerintah Indonesia dari pemerintahan Joe Biden dalam menangani pandemi?
Memang benar. Sebagaimana seperti yang saya sampaikan sebelumnya, apa yang bisa dilakukan segera oleh pemerintah Indonesia adalah komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat harus dipimpin oleh pakar kesehatan atau ilmuwan penyakit infeksi. Upaya ini tidak perlu uang miliaran dolar.
Hal lain adalah investasi vaksin. Indonesia akan selalu rentan dengan gelombang baru selama penduduk tidak divaksin.
Jika suatu saat ada kesempatan, apakah Anda mau berkunjung ke Indonesia?
Tentu saja. Saya sangat ingin sekali mengunjungi pulau-pulau yang indah itu suatu saat nanti.
[Gambas:Video CNN]