Jakarta, CNN Indonesia --
Pasokan vaksin virus corona (Covid-19) di Korea Selatan terus menipis seiring dengan jumlah pendaftar yang terus meningkat dalam sepekan terakhir. Peningkatan jumlah pendaftar vaksin Covid-19 ini berlangsung ketika angka infeksi virus corona terus meroket secara signifikan di Negeri Ginseng.
Pada Kamis (15/7) Korsel mencatat 1.536 kasus baru Covid-19 dalam sehari. Sehari sebelumnya, Korsel mencatat 1.615 kasus baru Covid-19. Jumlah itu memecahkan rekor kasus harian di negara itu.
Selama 10 hari terakhir, seorang mahasiswa pascasarjana Korsel, Kim Hyun-jin, menghabiskan waktu berjam-jam terpaku pada layar ponselnya berharap mendapatkan jatah vaksinasi Covid-19 di Kota Seoul. Setiap hari Kim mencoba memeriksa ketersediaan vaksin di kawasan ibu kota dengan harapan ada warga yang terlewat atau membatalkan jadwal vaksin sehingga bisa dia isi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah 10 hari berlomba-lomba mencari slot, perempuan 32 tahun itu tidak mendapatkan hasil karena pasokan vaksin semakin langka di tengah lonjakan kasus Covid-19.
"(mendapatkan vaksin) Ini seperti perang," kata Kim kepada Reuters.
Kim memperlihatkan sebuah aplikasi di ponselnya yang menunjukkan tidak ada vaksin yang tersedia di selatan Ibu Kota Seoul.
"Itu tidak pernah muncul tidak peduli seberapa gila Anda mengklik, dan saya marah dan putus asa, membuang-buang waktu saya," paparnya.
Kim adalah salah satu dari banyak kaum muda Korsel yang merasa geram karena tidak dianggap sebagai kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19 oleh pemerintah. Sementara itu, lonjakan kasus corona belakangan disebut terjadi akibat aktivitas sosial warga mayoritas muda.
Sampai saat ini, pemerintahan Presiden Moon Jae-in memang memprioritaskan distribusi vaksin kepada orang yang lebih tua dan lebih rentan.
"Saya tidak akan melakukan ini jika mereka memiliki cukup vaksin sejak awal dan lonjakan infeksi tidak akan terjadi," kata Kim.
Beberapa unggahan di Kopas, sebuah forum online untuk mahasiswa Universitas Korea, menuduh pemerintahan Moon gagal mengamankan lebih banyak pasokan vaksin. Para mahasiswa juga menganggap pemerintah mengkambinghitamkan kaum muda dalam gelombang baru infeksi Covid-19 di Negeri Ginseng.
"Ini menjengkelkan dan tidak adil bahwa para pejabat menyalahkan kami karena menyebarkan infeksi ketika tidak ada cara untuk mendapatkan vaksin," kata Nam Yu-ra, seorang pemuda Korsel berusia sekitar 20 tahun.
Nam menuturkan ia tidak mendapat slot vaksinasi di seluruh posko imunisasi yang telah ia coba.
Sementara itu, Wakil Menteri Kebijakan Kesehatan, Lee Ki-il, mengatakan bahwa pengiriman vaksin akan dimulai pada Agustus mendatang. Lee menuturkan pemerintah berencana memvaksinasi semua warga yang memenuhi syarat, termasuk kaum muda, mulai akhir September mendatang.
Di atas kertas, Korsel telah membeli dosis vaksin dua kali lipat dari total penduduknya. Namun akibat kekurangan pasokan vaksin global terjadi keterlambatan dan penundaan pengiriman.
Akibat keterlambatan vaksin dan minimnya pasokan, data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea memperlihatkan tingkat vaksinasi Korsel menurun tajam. Semula, Korsel bisa menyuntik lebih dari 850 ribu warga per hari menjadi hanya sekitar 30 ribu orang sehari.
Sejauh ini, sebanyak 31,1% warga Korsel telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, jauh tertinggal dibandingkan negara maju lain seperti Inggris dan Singapura yang mayoritas penduduk telah menerima satu dosis vaksin.
Sampai saat ini, Korsel telah menggunakan tiga jenis vaksin yakni Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Janssen.
Korsel menjadi salah satu negara yang dinilai berhasil meredam pandemi corona tanpa kebijakan penguncian wilayah (lockdown). Sejak awal pandemi, Korsel mencatat total 175.046 kasus dan 2.051 kematian akibat Covid-19.
Negara dengan 52 juta penduduk itu mengandalkan sistem pengujian dan pelacakan massal untuk menghentikan penyebaran infeksi corona.
[Gambas:Video CNN]