Beberapa unggahan di Kopas, sebuah forum online untuk mahasiswa Universitas Korea, menuduh pemerintahan Moon gagal mengamankan lebih banyak pasokan vaksin. Para mahasiswa juga menganggap pemerintah mengkambinghitamkan kaum muda dalam gelombang baru infeksi Covid-19 di Negeri Ginseng.
"Ini menjengkelkan dan tidak adil bahwa para pejabat menyalahkan kami karena menyebarkan infeksi ketika tidak ada cara untuk mendapatkan vaksin," kata Nam Yu-ra, seorang pemuda Korsel berusia sekitar 20 tahun.
Nam menuturkan ia tidak mendapat slot vaksinasi di seluruh posko imunisasi yang telah ia coba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Wakil Menteri Kebijakan Kesehatan, Lee Ki-il, mengatakan bahwa pengiriman vaksin akan dimulai pada Agustus mendatang. Lee menuturkan pemerintah berencana memvaksinasi semua warga yang memenuhi syarat, termasuk kaum muda, mulai akhir September mendatang.
Di atas kertas, Korsel telah membeli dosis vaksin dua kali lipat dari total penduduknya. Namun akibat kekurangan pasokan vaksin global terjadi keterlambatan dan penundaan pengiriman.
Akibat keterlambatan vaksin dan minimnya pasokan, data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea memperlihatkan tingkat vaksinasi Korsel menurun tajam. Semula, Korsel bisa menyuntik lebih dari 850 ribu warga per hari menjadi hanya sekitar 30 ribu orang sehari.
Sejauh ini, sebanyak 31,1% warga Korsel telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, jauh tertinggal dibandingkan negara maju lain seperti Inggris dan Singapura yang mayoritas penduduk telah menerima satu dosis vaksin.
Sampai saat ini, Korsel telah menggunakan tiga jenis vaksin yakni Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Janssen.
Korsel menjadi salah satu negara yang dinilai berhasil meredam pandemi corona tanpa kebijakan penguncian wilayah (lockdown). Sejak awal pandemi, Korsel mencatat total 175.046 kasus dan 2.051 kematian akibat Covid-19.
Negara dengan 52 juta penduduk itu mengandalkan sistem pengujian dan pelacakan massal untuk menghentikan penyebaran infeksi corona.
(rds/ayp)