Tajikistan mengklaim siap menampung dan sudah mempersiapkan logistik untuk 100 ribu warga Afghanistan yang melarikan diri akibat serangan bertubi-tubi Taliban.
Wakil Kepala Komite Darurat Tajikistan, Imomali Ibrohimzoda, mengatakan bahwa negaranya telah membangun dua gudang besar untuk menyimpan persediaan pasokan logistik bagi para pengungsi.
Sebagaimana dilansir Reuters, gudang besar itu berlokasi di Provinsi Khatlon dan Gorno-Badakhshan dekat perbatasan dengan Afghanistan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tajikistan mengumumkan kesiapan ini setelah ratusan 347 warga Afghanistan dilaporkan kabur ke Tajikistan untuk menghindari pertempuran antara pasukan nasional dan Taliban pada pekan lalu.
Saat itu, Tajikistan menyatakan bahwa mereka mengizinkan masuk para pengungsi itu. Namun kini, para pengungsi itu dilaporkan sudah kembali ke Afghanistan.
Belakangan ini, Taliban terus mengintensifkan serangan di Afghanistan, hingga membuat pasukan nasional kewalahan. Beberapa di antara mereka memilih angkat-kaki ke negara perbatasan.
Kelompok itu juga mengklaim telah menguasai 90 persen wilayah perbatasan Afghanistan.
"Perbatasan Afghanistan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran, atau sekitar 90 persen dari perbatasan berada di bawah kendali kami," kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, kepada kantor berita RIA Novosti.
Taliban semakin berani dan menjadi-jadi usai Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menarik pasukannya dari Afghanistan.
Mujahid mengatakan usai penarikan pasukan internasional, Taliban tidak akan menoleransi kehadiran pasukan asing di Afghanistan, termasuk pasukan dari Turki.
Turki memang telah melakukan pembicaraan dengan AS untuk mengambil alih pengelolaan bandara Kabul.
Di tengah kisruh ini, AS dilaporkan meluncurkan serangan udara ke Afghanistan demi membantu pemerintahan Presiden Ashraf Ghani melumpuhkan kelompok Taliban.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah bertindak melalui serangan udara untuk mendukung ANDSF (pasukan Afghanistan). AS terus meluncurkan serangan udara untuk mendukung ANDSF," kata juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, di Washington pada Kamis (22/7).
(isa/has)