Taliban dilaporkan memenggal Sohail Pardis, seorang warga Afghanistan yang sempat menjadi penerjemah untuk tentara Amerika Serikat di negara tersebut.
CNN melaporkan bahwa insiden ini terjadi pada 12 Mei lalu, ketika Pardis sedang mengemudi dari rumahnya di Kabul ke Provinsi Khost untuk menjemput saudarinya menjelang Lebaran.
Saat sampai di tengah padang pasir, kendaraannya dicegat di pos pemeriksaan Taliban. Penduduk desa bersaksi bahwa Taliban menembak mobilnya sebelum berbelok dan berhenti. Pardis kemudian diseret keluar dan dipenggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pardis sendiri bekerja sebagai penerjemah selama 16 bulan untuk AS. Pada 2012, ia terpaksa berhenti bekerja karena gagal dalam tes poligraf rutin.
Tes poligraf atau tes kebohongan biasanya digunakan untuk izin keamanan saat hendak mengakses pangkalan AS di Afghanistan. Pardis tidak pernah tahu alasan dirinya gagal dalam tes.
Saudara laki-laki Pardis mengonfirmasi kabar kepergian ini dalam perbincangan dengan CNN. Kini, ia terpaksa merawat putri Pardis yang masih berusia sembilan tahun.
Dia pun ingin meninggalkan Kabul, kota tempat tinggal mereka, karena terus diliputi ketakutan keluarganya bakal jadi sasaran berikutnya.
"Saya sangat khawatir dengan keselamatan keluarga saya. Namun, banyak tugas di negara ini dan situasi keamanannya sangat buruk," ujar Sahak.
Beberapa hari sebelum dipenggal, Pardis sempat bercerita kepada Abdulhaq Ayoubi, teman dan rekan kerjanya, bahwa dirinya keluarganya mendapat ancaman pembunuhan dari Taliban.
"Mereka mengatakan kepadanya bahwa Anda adalah mata-mata Amerika. Anda adalah mata Amerika dan Anda kafir, dan kami akan membunuh Anda dan keluarga Anda," ujar Ayoubi.
Namun, Taliban menyatakan tidak akan membahayakan mereka yang bekerja bersama pasukan asing.
Di sisi lain, para warga Afghanistan yang bekerja untuk pasukan asing justru mengaku hidup dalam ketakutan dan ancaman dari Taliban.
"Kami tidak bisa bernapas di sini. Taliban tidak memiliki belas kasihan terhadap kami," ujar Ayoubi.
(els/has)