China Tunjuk 'Prajurit Serigala' Xi Jinping Jadi Dubes di AS

CNN Indonesia
Kamis, 29 Jul 2021 15:16 WIB
Ilustrasi bendera China. (AFP PHOTO / STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Diplomat senior yang juga salah satu tangan kanan Presiden China Xi Jinping, Qin Gang, ditunjuk menjadi duta besar baru Negeri Tirai Bambu untuk Amerika Serikat.

Qin Gang merupakan salah satu diplomat ternama China yang dijuluki Prajurit Serigala karena memiliki pendekatan hawkish dan selalu bersikap agresif ketika membela kepentingan China.

Penempatan Qin berlangsung ketika eskalasi ketegangan China-AS terus memanas.

Sejumlah pihak menganggap penunjukan Qin merupakan pesan agresif China yang tersirat untuk AS.

"Sebagai dua negara besar yang berbeda dalam sejarah, budaya, sistem sosial, hingga pembangunan, China-AS memasuki babak baru eksplorasi, pemahaman dan adaptasi bersama, mencoba menemukan cara bergaul satu sama lain," kata Qin kepada wartawan setibanya di Washington pada Rabu (28/7).

Qin menegaskan dia akan membawa relasi AS-China "kembali ke jalurnya".

Setibanya di Washington, Qin mengatakan dia akan menjalani karantina 14 hari terlebih dahulu di kediamannya dan setelah itu mulai bekerja.

Melansir AFP, nama Qin mulai dikenal di kalangan diplomat sejak ia menjabat sebagai juru bicara Kementerian Luar Negeri China. Dia kerap lantang dan sinis merespons wartawan asing.

Setelah menjadi jubir, Qin pun dipercaya menjabat sebagai wakil Menteri Luar Negeri China pada 2018-2021.

Qin kerap menemani Presiden Xi sebagai kepala protokol Kemlu China dalam banyak dinas kenegaraan ke luar negeri. Diplomat berusia 55 tahun itu memulai karier pada 1988.

Qin sempat menghabiskan beberapa tahun di Kedubes China di London, Inggris, hingga fasih berbahasa Inggris.

Analis independen berbasis di Beijing, Hua Po, menggambarkan Qin sebagai "salah satu anggota utama" gerakan Prajurit Serigala yang kerap menggambarkan kalangan diplomat China yang memiliki sifat vokal dengan pendekatan hawkish.

Relasi AS-China terus memburuk dalam beberapa waktu terakhir terutama ketika Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. AS-China terus berselisih soal tarif perdagangan, hak asasi manusia, isu Taiwan-Hong Kong, Laut China Selatan hingga saling menyalahkan atas pandemi Covid-19.

Meski menggunakan pendekatan yang lebih diplomatis, pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini tetap menggambarkan China sebagai tantangan utama AS.

(rds/dea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK