Junta Myanmar Mulai Vaksinasi Covid-19 Ratusan Narapidana
Junta militer Myanmar mulai menginokulasi lebih dari 610 narapidana di hari pertama program vaksinasi corona khusus tahanan pada Rabu (28/7).
Global New Light of Myanmar (GLM) melaporkan kemungkinan akan lebih banyak lagi yang akan disuntik dalam beberapa hari ke depan, bergantung pasokan vaksin.
"Ini adalah vaksinasi Covid-19 pertama para tahanan," kata salah satu petugas penjara, dikutip Reuters, Kamis (29/7).
GLM juga menyebut sebanyak 2.500 dari 9.000 narapidana sudah mendaftar untuk disuntik vaksin.
Media MRTV milik negara melaporkan otoritas militer akan memvaksinasi seluruh narapidana Myanmar, sebanyak 40 ribu orang.
Foto-foto yang tersebar di media cetak menunjukkan sejumlah narapidana sedang divaksin. Salah satu di antara mereka adalah Sean Turnell, penasihat ekonomi Aung San Suu Kyi. Dia merupakan warga Australia.
Turnell yang kerap memberi saran terhadap kebijakan ekonomi Myanmar selama beberapa tahun, ditahan beberapa hari usai pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dikudeta pada 1 Februari.
Juru bicara departemen penjara Myanmar, Chan Aye Kyaw, mengatakan sekitar 200 narapidana dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 usai dilakukan tes massal.
Dari jumlah itu, delapan di antaranya berasal dari Penjara Insein dan sudah dirawat di area terpisah. Sebelumnya, para tahanan di penjara diketahui menggelar aksi protes.
Myanmar tengah menghadapi krisis kesehatan imbas gelombang pandemi Covid-19.
Kasus harian di negara itu, belum menunjukkan tanda-tanda reda. Pada Rabu (28/7) kasus harian mencapai 4.980 dan penambahan kematian 365 jiwa.
Sehingga secara kumulatif kasus di Myanmar mencapai 284 ribu dengan 8.210 kematian.
Kondisi sejumlah pasien Covid juga dilaporkan kekurangan oksigen. Keadaan semakin buruk ketika relawan berusaha menolong pasien yang terinfeksi dengan meminta pengiriman oksigen dari negara tetangga namun disita oleh junta.
Sejumlah dokter dan para staf medis yang merawat pasien Covid secara mandiri serta terlibat dalam gerakan pembangkangan sipil juga ditangkap.
Rumah sakit di Myanmar nyaris kolaps, di sisi lain mereka juga kekurangan sumber daya manusia dan kehilangan kepercayaan dari penduduknya.
Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing bahkan meminta sejumlah pihak internasional untuk bekerja sama mengatasi pandemi Covid-19, termasuk dengan sesama anggota ASEAN dan "negara-negara sahabat".
Selain dihantam pandemi, Myanmar masih menghadapi krisis politik akibat kudeta 1 Februari lalu.
Militer masih saja melakukan kekerasan, mulai dari menangkap hingga membunuh warga sipil yang menentang pemerintahannya.
Hingga kini total korban tewas sejak kudeta mencapai 936 sementara yang ditahan lebih dari 5.600 orang.
(isa/dea)