Afghanistan Ingatkan China Waspadai Janji Manis Taliban
Afghanistan memperingatkan China agar tidak mudah percaya janji Taliban untuk tidak menampung militan Islam yang melakukan separatisme di Xinjiang.
Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Afghanistan untuk China, Javid Ahmad Qaem usai Beijing menjamu pejabat Taliban pekan lalu.
Akhir bulan lalu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, bertemu dengan perwakilan Taliban di Tianjin dan meminta dibantu untuk melawan kelompok ekstremis Uighur di Xinjiang, East Turkestan Islamic Movement (ETIM).
Taliban sudah berjanji tak akan ikut campur dalam urusan internal China atau mengizinkan wilayah Afghanistan digunakan oleh pasukan anti-China.
Lihat Juga : |
"Saya tidak habis pikir, bahkan China percaya hal itu," kata Javid Ahmad Qaem kepada Reuters, Kamis (6/8).
Taliban, kata Kata Qaem, hanya mengatakan hal tersebut untuk menggaet dukungan.
Dalam konflik ini, China tak hanya mendukung Afghanistan, tapi juga pihak lain. Sikap ini berbeda dengan yang dilakukan Amerika Serikat dan Uni Soviet di masa lalu di mana mereka hanya mendukung satu pihak.
Tiongkok menerapkan prinsip "Afghan-led, Afghan-owned" yang sejalan dengan prinsip non-intervensinya.
"Posisi China adalah mereka ingin menengahi," kata Qaem.
Pemerintah Afghanistan yang didukung AS menyambut baik keterlibatan China. Qaem juga memahami mengapa China ingin tetap berada di tengah.
Namun, dia tak percaya akan janji Taliban untuk melawan sesama kelompok milisi dari Xinjiang.
"Itu ideologi yang sama. Bagaimana Anda bisa mengharapkan seseorang dengan pemikiran yang sama melawan orang lain, yang memiliki pemikiran sama?" kaya Qaem.
Kelompok yang bertekad menjadikan Xinjiang sebagai negara Islam itu memang dianggap teroris oleh PBB, Uni Eropa, dan beberapa negara lain secara khusus, seperti Malaysia, Pakistan, Rusia, Turki, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
China sendiri menganggap mereka ingin mendirikan negara terpisah di Xinjiang. Mereka aktif di Afghanistan di daerah-daerah termasuk provinsi timur laut Badakhshan, wilayah perbatasan China-Afghanistan.
Menurut Qaem, pemerintah Afghanistan lebih suka China sepenuhnya berada di belakang. "Kami yakin dengan niat China," katanya.
Qaem menyebut pemerintah Afghanistan tak meminta China mengirim pasukan untuk mendukungnya, tetapi bisa membantu dengan cara lain.
Kata dia, China bisa mendorong Pakistan, yang sudah lama melihat Taliban sebagai pilihan terbaik untuk membatasi pengaruh saingan lama India di Afghanistan, untuk membangun kepercayaan dengan pemerintah Afghanistan.
Menurut dia, China juga bisa membantu menyalurkan pesan dari Kabul ke Taliban, seperti pada pertemuan minggu lalu, menyampaikan seruan pemerintah untuk gencatan senjata dan seruan untuk kerangka politik inklusif.
Selain itu, China juga dapat membantu meningkatkan perdagangan dan membeli lebih banyak produk Afghanistan seperti safron.
"Jadi selama itu disediakan, saya rasa China tidak perlu mengirim pasukan," kata Qaem.
Lihat Juga : |
China sejauh ini dinilai telah menjaga hubungan baik dengan pemerintah Afghanistan. Namun juga melindungi taruhannya, tetap berhubungan dengan Taliban.
Kunjungan delegasi Taliban bulan lalu merupakan tindak lanjut dari kunjungan 2019 silam.
Saat menerima kunjungan itu, Wang menyebutnya sebagai kekuatan militer dan politik yang signifikan, yang diharapkan mampu memainkan peran kunci dalam rekonstruksi Afghanistan.
"Ketika Taliban masuk, China ingin mempertahankan hubungan dan memastikan bahwa itu tidak ada dalam catatan buruk Taliban, untuk berjaga-jaga jika mereka berkuasa," ujar akademisi di Sekolah Studi Internasional di Universitas Peking, Yang Chaohui.
"China biasanya akan waspada terhadap setiap kelompok yang beroperasi atas dasar ekstremisme agama, tetapi tidak berniat memerangi Taliban, karena tahu tidak memiliki peluang untuk berhasil, seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet," kata Yang.
(isa/dea)