Anggota kelompok Taliban diduga membunuh seorang manajer stasiun radio di Ibu Kota Kabul, Afghanistan dan menculik seorang wartawan di Provinsi Helmand pada Minggu (8/8) kemarin.
Kepala kelompok hak asasi manusia yang mendukung media di Afghanistan (NAI), Mujeeb Khelwetgar, mengatakan segerombolan orang bersenjata menembak Toofan Omar yang merupakan manajer stasiun radio Paktia Ghag dan seorang anggota NAI.
"Omari dibunuh oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, dia seorang liberal. Kami menjadi sasaran karena bekerja secara independen," ujar Mujeeb seperti dikutip Reuters, Senin (9/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat Afghanistan menduga Taliban yang melakukan serangan tersebut.
Lihat Juga : |
Pada Juli lalu, NAI melaporkan ada sekitar 30 jurnalis dan pekerja media tewas, terluka atau diculik oleh kelompok militan di Afghanistan.
Terpisah, para pejabat mengatakan Taliban menangkap seorang jurnalis lokal dari stasiun televisi Gharghasht TV, Nematullah Hemat, di rumahnya di Lashkar Gah, di Provinsi Helmand.
"Sama sekali tidak ada petunjuk Taliban telah mengambil Hemat. Kami benar-benar dalam keadaan panik," kata Kepala Gharghasht TV, Razwan Miakhel.
Aliansi media Afghanistan kemudian menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan para pemimpin di Dewan Perwakilan AS mendesak mereka memberikan visa imigrasi khusus kepada wartawan di negara itu dan staf pendukung.
Merespons tuduhan pembunuhan dan penculikan, seorang juru bicara Taliban mengaku tak punya informasi apapun mengenai peristiwa pembunuhan di Kabul atau penculikan jurnalis di Helmand.
Dalam aksi militer sejak pekan lalu Taliban berhasil merebut tiga kota di kawasan utara Afghanistan. Mereka juga mengancam akan merebut lebih banyak lagi wilayah di Afghanistan dan meningkatkan serangan terhadap pasukan pemerintah.
Kelompok Taliban semakin gencar menyerang sejak Mei, saat AS dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menarik pasukannya dari Afghanistan.
Serangan itu menyebabkan kekacauan di Afghanistan. Banyak warga yang cemas Taliban akan menguasai Ibu Kota Kabul, dan menerapkan syariat Islam.
(isa/ayp)