Israel Booster Vaksin Warga 50 Tahun dan Nakes, Abaikan WHO
Pemerintah Israel mulai memberikan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster kepada warga usia 50 tahun ke atas dan tenaga kesehatan di seluruh negeri, mengabaikan imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Israel, Nachman Ash, menyetujui rekomendasi panel penasihat ahli untuk memperluas vaksin dosis ketiga dari Pfizer-BioNTech pada Jumat (13/8).
"Mereka yang memenuhi syarat adalah orang di atas 50 tahun, petugas kesehatan, dan orang dengan faktor risiko parah terpapar corona, tahanan, dan sipir," kata Ash melalui pernyataan kementeriannya yang dikutip Reuters.
Pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennett mengambil keputusan ini guna membendung lonjakan infeksi Covid-19 akibat penyebaran varian Delta virus corona.
Warga Israel berusia 60 tahun ke atas sudah mulai menerima suntikan booster vaksin sejak dua pekan lalu. Jangkauan vaksin booster kemudian diperluas setelah Administrasi Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memberi persetujuan dosis soal vaksin tambahan tersebut.
Sejauh ini, lebih dari 700 ribu lansia di Israel telah menerima suntikan booster. Sebuah survei awal menunjukkan mayoritas warga penerima suntikan ketiga vaksin merasakan efek samping yang sama dengan saat menerima dosis kedua vaksin.
Israel sendiri dianggap sebagai salah satu negara dengan program vaksinasi sukses. Setelah kampanye vaksinasi sukses pada akhir 2020, infeksi harian Covid-19 Israel turun dari 10 ribu kasus pada Januari lalu menjadi satu digit saja pada Juni.
Dalam kurun waktu itu, sebanyak lebih dari 60 persen warga Israel telah menerima dua dosis vaksin.
Namun, akibat penyebaran varian Delta corona yang lebih menular di dunia, penularan Covid-19 di Israel kembali meningkat di Israel. Pada Senin pekan ini, penularan Covid-19 harian di Israel juga mencapai 5.946 kasus dalam sehari.
Selain kasus positif, jumlah gejala Covid-19 serius juga ikut meningkat.
Israel masih terus menggalakkan kampanye booster vaksin ini meski WHO mengimbau dunia untuk menunda suntikan ketiga tersebut karena ada ketimpangan.
WHO mengimbau negara yang dapat memberikan booster vaksin sebaiknya menyumbangkan dosis tersebut ke negara berkembang dengan tingkat vaksinasi rendah.
Namun, Israel menyatakan bahwa program negaranya ini justru membantu dunia untuk mengetahui dampak sesungguhnya dari booster vaksin.
(rds/has)