Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak ada kasus virus Marburg lanjutan setelah temuan pertama di Guinea hingga Jumat (13/8).
Namun demikian, kontak dari kasus fatal pertama tetap dipantau dua kali sehari selama masa kritis inkubasi.
Sebelumnya, kasus virus mematikan pertama di Afrika Barat ini dikonfirmasi pada Senin lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virus yang mirip dengan Ebola ini dibawa oleh kelelawar dan memiliki tingkat kematian hingga 88 persen. Pada 2 Agustus lalu, virus ini ditemukan pada sampel yang diambil dari seorang pasien yang meninggal di Prefektur Gueckedoi di Guinea bagian Selatan.
"Sejauh ini, tidak ada kasus Marburg lagi sejak kasus indeks," kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia Fadela Chaib kepada wartawan di Jenewa, seperti dilansir AFP.
Chaib mengatakan 150 kontak dari kasus fatal telah diidentifikasi per Jumat. Adapun masa inkubasi virus - interval dari infeksi hingga timbulnya gejala - bervariasi dari dua hingga 21 hari.
"Kami telah memasuki periode waktu kritis di mana siapa pun yang terpapar virus kemungkinan besar akan mengalami gejala. Ini membuat pengawasan menjadi sangat penting saat ini dan tim memantau kontak dua kali sehari. Pemeriksaan untuk kasus yang dicurigai juga sedang berlangsung," ujarnya.
Ia mengungkapkan upaya untuk menemukan orang-orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan pasien masih berlangsung.
Penemuan kasus virus Marburg mematikan itu terjadi hanya dua bulan setelah WHO mengumumkan berakhirnya wabah Ebola kedua di Guinea, yang dimulai tahun lalu dan merenggut 12 nyawa.
Meski Marburg dan Ebola adalah anggota dari keluarga yang sama, keduanya adalah virus yang berbeda dan hanya dapat dibedakan melalui pengujian laboratorium.
Chaib menerangkan tidak ada pengobatan berlisensi yang terbukti menetralkan virus. Kendati demikian, serangkaian produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat sedang dalam pengembangan.
(afp/sfr)