ANALISIS

Taliban Rayu Dunia: Lirik China dan Rusia

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 25 Agu 2021 07:07 WIB
Setelah kembali menguasai Afghanistan, Taliban mendekati China dan Rusia. Sejumlah pengamat menganggap Taliban akan berhasil, tapi yang lainnya pesimistis.
Ilustrasi pasukan Taliban. (AFP/Noorullah Shirzada)

Negeri Beruang Merah berulang kali menegaskan agar Afghanistan tak lagi menjadi "surga" bagi pemberontak-pemberontak Asia Tengah yang hingga kini masih menjadi ancaman buat Rusia, layaknya di medio 1990-an hingga 2000-an.

"Pembicaraan dengan Taliban saya kira seharusnya salah satunya fokus dengan itu, memastikan Afghanistan tidak lagi digunakan sebagai tempat pelatihan bagi kelompok-kelompok yang akan membahayakan keamanan di Rusia," kata Yon.

Di samping pemberontak-pemberontak itu, kehadiran kelompok ISIS di perbatasan Afghanistan juga menjadi momok serius bagi Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Direktur Program Asia di Woodrow Wilson Center, Michael Kugelman, bahkan mengatakan bahwa ancaman ISIS itu lebih besar ketimbang kelompok pemberontak Asia lainnya bagi Rusia.

"Mereka ingin memastikan Taliban, meski memang mereka rival ISIS, sangat memperhatikan ancaman ISIS ini," ucap Kugelman saat berbincang dengan CNBC.

Yon melihat Taliban sudah menunjukkan gelagat ingin menarik perhatian Rusia dan negara-negara lain dengan mengeksekusi mati mantan pentolan ISIS di Asia Selatan, Abu Omar Khorasani.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa Taliban menghabisi nyawa Khorasani di penjara pemerintah Afghanistan tak lama setelah mereka merebut kekuasaan di Kabul pekan lalu.

"Kerja sama itu [dapat] dilakukan mungkin dengan ketegasan Taliban seperti mengeksekusi pimpinan ISIS dan mungkin nantinya kelompok-kelompok lain yang dianggap bermasalah oleh negara-negara tetangga," tuturnya.

Di spektrum lain, sejumlah pengamat juga menganggap Rusia pasti tertarik dengan kesempatan mereka untuk memperkuat dominasi di kawasan bersama China setelah AS hengkang dari Afghanistan.

Penasihat pemerintah China mengenai Asia pusat, Zhu Yongbiao, menilai Beijing memang sangat diuntungkan dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

"China mendapatkan manfaat dari sikap tak bertanggung jawab [AS], yang sangat mencoreng citra internasional AS dan hubungan Washington dengan sekutu-sekutunya," katanya kepada Financial Times.

Analis politik Asia di Moskow, Arkady Dubnow, pun berkata, "Kami dapat menyatukan kepentingan kami [dengan China] dalam menentang AS. Yang baik untuk kami tentu buruk buat AS. Yang buruk bagi kami tentu baik untuk Amerika. Sekarang, situasinya buruk bagi AS, jadi baik untuk kami."

Terlepas dari urusan geopolitik, Yon Machmudi menganggap yang terpenting saat ini adalah Taliban benar-benar menepati janjinya untuk membentuk pemerintahan lebih inklusif demi menjaga stabilitas.

"Yang paling krusial menurut saya adalah segera tercipta pemerintahan yang ada di Afghanistan dengan melibatkan kelompok-kelompok yang ada di sana karena Taliban juga tidak bisa berkuasa sendiri," ujarnya.

Ia lantas berkata, "Dengan mempercepat negosiasi dengan berbagai kelompok yang ada, bisa membentuk pemerintahan yang segera diumumkan, saya kira itu akan menjadi lebih baik sehingga dunia internasional akan melihat apakah Taliban akan banyak mendapatkan pengakuan atau malah sebaliknya."

(bac)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER