Serupa dengan Ibrahim, Muhammad Ali juga datang ke Indonesia 9 tahun silam lantaran kondisi di Afghanistan yang menurutnya tidak aman.
"Kalian mungkin sudah tahu negara kami kayak gimaha kondisinya dan keluarga kita. Kami udah 3-4 bulan tidak ada kabar dari keluarga kita. Kita tak tahu mereka itu udah hidup atau belum," kata dia.
Ali memiliki kesan tersendiri terhadap Taliban. Ia mempertanyakan syariat islam seperti apa yang diterapkan oleh kelompok itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Taliban itu, cuma bilangnya islami, tapi enggak tau islami bagaimana? Siapa yang suka keluar dari negaranya, sampai orang sudah masuk pesawat sampai jatuh dari atas itu? Kalau enggak terpaksa enggak akan mau," katanya.
Sejumlah perwakilan massa sempat melakukan pertemuan dengan pihak UNHCR dalam demo itu. Pertemuan itu berlangsung sejak siang hingga sore hari.
Salah seorang perwakilan massa, Muhammad Hasan mengatakan dari pertemuan itu, salah satunya disepakati akan dibuat grup lebih lanjut untuk mendiskusikan apa yang menjadi keinginan para pengungsi.
"Mereka berkata kami akan mendengarmu lagi dan tidak akan menolakmu lagi, karena di masa lalu ketika kami datang ke sini, mereka memberi kami waktu, setelah satu bulan, setelah dua bulan, tiga bulan. Tapi sekarang, mereka mengatakan kita harus membuat grup dan akan berdiskusi," kata Hasan.
Hasan juga mengatakan pihak UNHCR sepakat untuk memberikan kepastian penempatan secara adil. Sebab menurut Hasan, beberapa pengungsi yang di Indonesia sejak 2017 sudah mendapat kepastian soal penempatan. Namun di sisi lain, pengungsi dari 2011 masih belum jelas.
"Tapi mereka juga minta kita untuk tidak protes lagi. Kami tidak suka protes, kami protes karena mereka tidak pernah mendengar keinginan kami. Ketika kami mengirimi email, mereka tidak membalas enam bulan, tujuh bulan, itu sebabnya kami datang di jalan," katanya.
(yoa/bac)