Dalih Usang Taliban Kekang Perempuan: Milisi Belum Hormat

CNN Indonesia
Kamis, 26 Agu 2021 16:21 WIB
Imbauan Taliban agar perempuan berdiam di rumah dulu dengan dalih milisnya belum terlatih menghormati, dianggap sebagai lagu lama untuk mengekang kaum hawa.
Warga Afghanistan mencoret poster-poster perempuan karena takut diamuk Taliban. (AFP/Wakil Kohsar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Imbauan Taliban agar perempuan berdiam di rumah dulu dengan dalih sebagian milisnya belum terlatih menghormati, dianggap sebagai lagu lama kelompok itu untuk mengekang kaum hawa di Afghanistan.

Kecurigaan itu muncul di benak beberapa pengamat setelah wakil komite urusan kebudayaan Taliban, Ahmadullah Waseq, meminta perempuan untuk berdiam diri di rumah agar terhindar dari kekerasan milisinya.

"Kami khawatir milisi yang baru dan belum terlatih dengan baik akan memperlakukan perempuan dengan tidak baik. Kami tak ingin pasukan kami menyakiti atau melecehkan perempuan," ujar Waseq.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menegaskan bahwa perempuan masih boleh bekerja di rumah dan tetap mendapatkan gaji, tapi "untuk saat ini, kami meminta mereka tetap di rumah hingga situasi normal. Sekarang masih situasi militer."

Direktur urusan hak perempuan Human Rights Watch, Heather Barr, mengatakan bahwa Taliban juga menggunakan alasan serupa saat pertama kali berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001.

"Penjelasannya adalah keamanannya belum baik, dan mereka menunggu sampai keamanan lebih baik, baru kemudian perempuan mendapatkan kebebasan," ujar Barr kepada The New York Times.

Ia kemudian berkata, "Namun, tentu saja selama mereka berkuasa saat itu, momen itu tak pernah terwujud, dan saya bisa menjamin perempuan Afghanistan yang mendengar [janji] itu sekarang juga berpikir semua tak akan terwujud juga kali ini."

Kecurigaan serupa juga keluar dari mulut penasihat krisis senior untuk Amnesty International, Brian Castner. Ia menekankan bahwa Taliban belum benar-benar menunjukkan tekadnya untuk melatih pasukan agar menghormati perempuan.

"Kalian tak bisa melihat pergerakan seperti Taliban, yang sudah beroperasi dengan kelakuan tertentu selama 25 tahun, lalu kemudian hanya karena mereka mengambil alih pemerintahan, semua pasukan dan orang-orang di organisasi itu langsung bersikap berbeda," tutur Castner.

Seorang jurnalis senior yang kerap meliput Taliban dari dekat, Najieb Khaja, pun mengakui bahwa sulit mengubah perilaku keseluruhan kelompok itu karena begitu banyak lapisan di dalamnya.

"Taliban sangat beragam. Ada beberapa lapis berbeda dalam kelompok ini. Ada yang bergaya hidup internasional, bertemu dengan para pemimpin politik, berjumpa orang-orang dengan pandangan politik berbeda di Doha dan negara lain. Mereka bisa duduk bersama orang lain dan berbincang," kata Khaja kepada CNN.

"Namun, ada pula yang hidup di bawah radar di Afghanistan dan Pakistan. Orang-orang ini tidak sepragmatis dan fleksibel orang-orang yang biasa kita lihat di media. Mereka tidak takut AS. Mereka terbiasa berperang, melihat temannya tewas."

Khaja menjelaskan, kelompok-kelompok Taliban yang konservatif biasanya berasal dari wilayah selatan, seperti Kandahar. Sementara itu, anggota-anggota di kawasan timur Afghanistan biasanya lebih progresif.

Ia lantas bercerita pengalamannya bertemu dengan seorang anggota Taliban dari Kandahar, beberapa hari setelah kelompok itu mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.

Saat itu, Khaja mencoba melakukan liputan ke salah satu universitas karena seharusnya sudah buka setelah masa libur. Namun ternyata, libur diperpanjang.

Khaja kemudian bertanya kepada anggota Taliban yang ada di lokasi, "Apakah ada perintah dari atas tentang para perempuan?" Anggota Taliban itu kemudian menjawab, "Perempuan tidak bisa masuk."

Kisah berlanjut di halaman selanjutnya...>>>

Friksi Taliban dan Mempertanyakan Angan Afghanistan Lebih Moderat

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER