Beberapa hari kemudian, Khaja bertemu dengan beberapa anggota Taliban lainnya dan memberi tahu tentang kejadian tersebut.
"Mereka seperti sangat marah dan mengatakan, 'Dia tidak boleh melakukan itu. Itu bertentangan dengan Islam,'" kata Khaja bercerita.
Castner selaku peneliti dari Amnesty International pun mengakui kerap ada perbedaan antara retorika para pemimpin Taliban dan perlakuan anggotanya di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian menyoroti laporan yang diterima Amnesty International mengenai sejumlah anggota Taliban memegang daftar nama orang-orang incaran.
Orang-orang dalam daftar itu biasanya mereka yang membantu pasukan asing selama Presiden Ashraf Ghani masih berkuasa. Para anggota Taliban itu mencari orang-orang tersebut dari rumah ke rumah.
Tindakan ini bertolak belakang dengan pernyataan pimpinan Taliban. Setelah berkuasa, para pemimpin menyatakan tak akan mengganggu orang-orang yang membantu pasukan asing sebelumnya.
Menurut Castner, tak mungkin operasi semacam itu dilakukan perorangan. Ia menduga ada satu sistem lama yang masih dijalankan, tak sesuai dengan janji Taliban untuk berlaku lebih moderat.
"Jika seorang anggota Taliban melakukan pelanggaran HAM, mungkin hanya kekerasan biasa. Namun, jika ada sesuatu yang dilakukan sistematis, seperti mencari orang dari rumah ke rumah, itu tak dilakukan oleh pasukan yang tak terlatih. Ada sistem yang bekerja," katanya.
Castner lantas berkata, "Retorika [para pemimpin Taliban] hanya untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi."
(has)