Harapan di Balik Sehelai Baju Pengungsi Afghanistan

CNN Indonesia
Minggu, 29 Agu 2021 09:55 WIB
Sejumlah penduduk Afghanistan hanya membawa baju yang melekat di badan dan uang sekadarnya demi menghindari rezim Taliban.
Penduduk Afghanistan di Bandara Kabul yang akan pergi menghindari rezim Taliban. (AFP/WAKIL KOHSAR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah penduduk Afghanistan yang mengungsi menghindari rezim Taliban membeberkan sejumlah kisah sedih dengan hanya membawa perlengkapan sekadarnya menuju negara lain.

"Saya cuma bawa pakaian yang menempel di badan. Tidak lebih," kata Wazhma.

Wazhma merupakan salah satu perempuan Afghanistan yang memilih kabur ke luar negeri setelah kelompok Taliban kembali menguasai negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan 21 tahun itu masih diliputi rasa takut meski saat ini dia berada di penampungan sementara para pengungsi dari Afghanistan di Uni Emirat Arab (UEA).

"Saya dan suami bekerja di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Kami pasti dibunuh mereka (Taliban) kalau tidak segera pergi," kata Wazhma yang tadinya merupakan mahasiswa fakultas kedokteran di Afghanistan, seperti dilansir AFP, Minggu (29/8).

Wazhma beserta suami, adik ipar serta keponakannya yang masih bayi sempat terlunta-lunta selama tiga hari di jalanan Ibu Kota Kabul, sebelum akhirnya bisa mencapai bandara dan diangkut menuju AS. Dia menyatakan masih bersedia pulang kampung dengan satu syarat.

"Hanya jika Taliban pergi," ujar Wazhma.

Wazhma mengatakan tidak yakin Taliban akan menepati janji dengan bersikap lebih moderat dan terbuka, terutama bagi kaum perempuan di Afghanistan. Akan tetapi, Wazhma merasa dia masih punya beban karena sebagian besar keluarga kandungnya tetap tinggal di negara itu.

"Satu hal yang saya khawatirkan adalah ibu, ayah serta saudara perempuan dan lelaki saya," ujar Wazhma.

Sebab Taliban dilaporkan gencar memburu orang-orang yang pernah bekerja bagi pasukan koalisi Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu yang membuatnya was-was akan keselamatan orang tuanya.

Kisah Wazhma hampir mirip dengan yang dialami Naim. Lelaki yang merupakan seorang ayah dengan lima anak itu juga memilih kabur dari Afghanistan setelah Taliban berkuasa karena dia bekerja sebagai penerjemah bagi pasukan AS.

Setelah Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus, Naim beserta istri dan kelima anaknya diam-diam menyelinap ke Bandara Internasional Hamid Karzai.

Di sana mereka bermalam selama tiga hari menunggu pesawat militer AS yang akan mengangkut mereka keluar dari negara itu.

"Kami takut mereka (Taliban) akan menghabisi kami. Saya hanya bawa baju yang melekat di badan anak-anak dan kartu identitas. Barang-barang kami hilang semua," kata lelaki 34 tahun itu.

Naim mengatakan dia terpaksa pergi dari tanah airnya karena ingin kelima anaknya mempunyai kehidupan yang lebih baik.

Pemerintah UEA menyatakan membantu evakuasi bagi 28 ribu penduduk Afghanistan. Saat ini mereka menampung sekitar 8.500 orang pengungsi sebelum diberangkatkan ke Amerika Serikat.

Sejumlah negara memutuskan berhenti melakukan proses evakuasi dari Afghanistan akibat situasi yang sangat berbahaya. Apalagi akibat serangan bom pada Kamis (26/8) lalu.

[Gambas:Video CNN]

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER