Generasi Z Afghanistan Takut Masa Depan Suram karena Taliban

CNN Indonesia
Selasa, 31 Agu 2021 07:25 WIB
Para pelajar yang merupakan generasi muda (Generasi Z) Afghanistan, takut masa depan mereka suram setelah Taliban kembali berkuasa.
Parfa pelajar Afghanistan yang masuk dalam tim robotika negara itu. (REUTERS/JALIL AHMAD)
Jakarta, CNN Indonesia --

Para pelajar yang merupakan generasi muda (Generasi Z) Afghanistan, takut masa depan mereka suram setelah Taliban kembali berkuasa.

Layaknya generasi muda di dunia, para pemuda Afghanistan ini terbiasa hidup dengan smart phone hingga music pop. Mengutip dari Reuters, kini mereka takut kebebasan mereka direnggut Taliban.

Ketika pernah berkuasa pada akhir 1980-an, Taliban dikenal sebagai kelompok milisi yang menerapkan hukum Islam dengan ketat. Mereka melarang anak perempuan sekolah dan bekerja. Taliban bahkan kerap melakukan eksekusi di depan umum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua berubah 30 tahunan kemudian. Begitu pula kehidupan generasi muda Afghanistan terutama pada masa ketika Taliban sempat terusir.

Mereka dapat dengan bebas bermain telepon pintar dan menonton tayangan luar negeri. Selain itu, jumlah anak perempuan di sekolah dasar meningkat dari yang sebelumnya nol, menjadi lebih dari 80 persen.

Melansir dari Reuters, kaum muda merupakan populasi terbanyak negara itu yang mencapai 60 persen dari total 35 juta penduduk Afghanistan. Dari persentase itu, separuhnya merupakan warga berusia di bawah 25. Sementara separuhnya lagi di bawah 15 tahun.

"Ini (telepon pintar) adalah sesuatu yang kita gunakan setiap saat," kata Elaha Tamim, salah satu penduduk Afghanistan yang baru saja lulus ujian masuk universitas.

"Kami menggunakannya untuk hiburan ketika kami ingin bersantai. Itu cara kami mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia. Saya tidak ingin kehilangan itu."

Tamim juga menceritakan bahwa ia dibesarkan di lingkungan yang bebas.

"Ibuku bercerita tentang masa pahitnya (di bawah Taliban). Kisah-kisah itu menakutkan," tutur Tamim pada Reuters.

Cerita lain datang dari Salgy, seorang perempuan Afghanistan 20 tahun yang baru saja mengalahkan 200 ribu peserta ujian masuk universitas.

Kebahagiaan yang ia rasakan berubah menjadi rasa takut, setelah Taliban secara cepat menguasai kembali setiap penjuru Afghanistan.

"Kami dihadapkan dengan masa depan yang sangat tidak pasti, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya," kata Salgy kepada Reuters.

"Jika Taliban mengizinkan anak perempuan untuk belajar di universitas dan tidak menghalangi mereka, itu bagus. Jika tidak, seluruh perjuangan hidup saya akan terancam," tutur Salgy.

Ketakutan yang sama juga dirasakan Javid, seorang warga Afghanistan berusia 26 tahun. Ia menghapus seluruh email dan pesan medsos yang ia lakukan bersama organisasi dan pemerintah luar negeri, khususnya kepada Amerika Serikat. Salinan dan piagam yang ia terima dari luar negeri dia hancurkan.

Taliban memang menyatakan akan menghormati hak perempuan untuk sekolah. Namun, banyak mahasiswi Javid yang berhenti datang ke kelas karena takut.

Beberapa orang yang diwawancara Reuters juga menyampaikan bahwa mereka ingin pergi, tapi tidak tahu caranya.

(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER