Iran turut menyoroti pemerintahan baru Afghanistan yang telah diumumkan oleh Taliban.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, merasa prihatin dengan susunan pemerintahan baru Afghanistan yang dinilai tidak inklusif.
Melalui kicauan di Twitter pada Rabu (8/9), Shamkhani menganggap prioritas utama bagi Afghanistan saat ini adalah stabilitas keamanan dan perdamaian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengabaikan kebutuhan untuk membentuk pemerintahan inklusif, intervensi asing, dan penggunaan sarana militer alih-alih dialog untuk memenuhi tuntutan kelompok etnis dan sosial adalah perhatian utama masyarakat Afghanistan," kata Shamkhani seperti dikutip kantor berita IRNA.
Pada awal pekan ini, Iran juga mengutuk keras agresi militer Taliban terhadap pasukan loyalis Ahmad Massoud di Lembah Panjshir.
Pasukan loyalis Massoud yang dikenal dengan Pasukan Perlawanan Nasional (NRF) merupakan kelompok penentang rezim Taliban yang menguasai Lembah Panjshir.
Taliban mengklaim berhasil menduduki Panjshir setelah terlibat pertempuran sengit dengan NRF selama beberapa hari terakhir. Namun, Massoud membantah klaim itu dengan mengatakan bahwa ia dan pasukannya masih bertahan di Panjshir.
"Berita yang datang dari Panjshir benar-benar mengkhawatirkan. Iran sangat mengutuk serangan (Taliban) itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh kepada wartawan di Teheran.
"Mengenai masalah Panjshir, saya bersikeras pada fakta bahwa itu harus diselesaikan dengan dialog di hadapan semua tetua di Afghanistan," papar Khatibzadeh menambahkan.
Khatibzadeh mengatakan Taliban harus menghormati kewajiban mereka dalam hukum internasional dan komitmen mereka.
"Iran akan bekerja untuk mengakhiri semua penderitaan rakyat Afghanistan demi mendirikan pemerintahan yang mewakili semua warga Afghanistan," kata Khatibzadeh seperti dikutip AFP.
Khatibzadeh turut menyinggung Pakistan dalam pernyataannya. Ia menuturkan Iran "mengutuk semua campur tangan asing" dalam urusan Afghanistan."
Pakistan memang dikenal dekat dengan Taliban. Negara tetangga Afghanistan itu menjadi satu dari tiga negara yang mengakui rezim Taliban pada 1996-2001 lalu.
Sementara itu, Iran, yang juga bersebelahan dengan Afghanistan, tidak pernah mengakui Taliban ketika berkuasa 25 tahun lalu.
Selama ini, Iran telah menampung hampir 3,5 juta warga Afghanistan yang lari dari konflik selama dua dekade terakhir. Teheran pun khawatir kebangkitan Taliban di Afghanistan akan mendorong eksodus pengungsi baru ke Iran.