Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, menyindir pemimpin dunia termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden hingga Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, tak serius menangani perubahan iklim.
Dalam pidatonya di forum iklim pemuda di Italia, Greta menganggap penanganan perubahan iklim oleh pemimpin dunia selama ini tak lebih dari sekadar kata-kata.
Perempuan 18 tahun itu menyindir pidato Biden, Johnson, hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron soal janji mereka terkait penanganan perubahan iklim yang dinilainya tak lebih dari janji manis belaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Nol emisi karbon, bla, bla, bla. Iklim netral, bla, bla, bla. Hanya ini yang kami dengar dari apa yang kami sebut sebagai pemimpin, kata-kata, kata-kata yang terdengar hebat tetapi sejauh ini, tidak menghasilkan tindakan atau harapan dan mimpi. Kata-kata dan janji kosong," ucap Thunberg, dikutip CNN.
"Ketika saya mengatakan perubahan iklim, apa yang Anda pikirkan? Saya pikir pekerjaan. Pekerjaan ramah lingkungan. Pekerjaan hijau," katanya menambahkan merujuk pada pidato Biden tentang krisis iklim.
Thunberg berbicara di forum Youth4Climate, beberapa bulan jelang Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow pada November mendatang. Presiden COP26 Alok Sharma juga turut hadir di forum pemuda itu.
Dalam forum Youth4Climate, para pemuda dan aktivis lingkungan akan menghasilkan daftar sederet rekomendasi bagi negara di dunia terkait penanganan perubahan iklim.
Lihat Juga : |
Salah satu isu yang fokus dibahas dalam forum itu adalah rencana konkret menghentikan penggunaan energi batu bara.
Selain Thunberg, aktivis dari Uganda, Vanessa Nakate, mengatakan negara berkembang masih menunggu negara maju merealisasikan komitmen finansial mereka terkait penanganan perubahan iklim.
"Masih jauh dari target US$100 miliar per tahun yang dijanjikan negara maju untuk membantu negara berkembang dan negara rentan lainnya menghadapi tantangan perubahan iklim. Uang sebesar itu dijanjikan sampai pada 2020, tapi kami masih menunggu sampai saat ini," kata Nakate.
COP sendiri merupakan pertemuan yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pertemuan ini dilakukan untuk menekankan komitmen berbagai negara dunia agar mengurangi emisi karbonnya dan bersama-sama menangani perubahan iklim.
Pertemuan COP pertama diadakan di Berlin, Jerman pada Maret 1995, dilansir laman resmi PBB.