WNI soal Inggris Krisis BBM hingga AS Kecam Rudal Korut
Sejumlah kabar dunia meramaikan linimasa pemberitaan internasional hingga pagi ini.
Cerita Warga Negara Indonesia (WNI) soal krisis bahan bakar minyak (BBM) di Inggris salah satu yang masih disoroti pembaca.
Lihat Juga : |
Ada pula respons Amerika Serikat terhadap rudal terbaru Korea Utara.
Berikut sejumlah rangkuman berita dalam kilas internasional CNNIndonesia.com:
1. WNI Bingung Inggris Disebut Krisis BBM
Salah satu warga negara Indonesia (WNI) di Inggris, Muhammad Fahmi Ardi, mengaku bingung negara itu disebut mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM).
Sejumlah media di Inggris, Amerika Serikat, termasuk di Indonesia memberitakan soal krisis BBM beberapa hari terakhir.
Penyebabnya disebut-sebut karena kebijakan Pemerintah Inggris hengkang dari Uni Eropa atau dikenal Britania Exit (Brexit) hingga aksi panik beli (panic buying) oleh masyarakat.
"Kehidupan sehari-hari berjalan seperti normal saja. Saya juga bingung jika ada pemberitaan soal krisis BBM. Saya rasa seperti terlalu dibesar-besarkan," ujar Fahmi saat dihubungi CNNIndonesia.com.
2. Sebanyak 2.000 Faskes Tutup, Sistem Medis Afghanistan Terancam Kolaps
Palang Merah Internasional melaporkan bahwa lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan di Afghanistan tutup akibat konflik. Pernyataan ini memperkuat peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sistem kesehatan di Afghanistan nyaris kolaps.
"Lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan tutup," ujar Direktur Asia Pasifik Federasi Palang Merah Internasional (IFRC), Alexander Matheou, kepada AFP.
Matheou menyampaikan laporan ini setelah melakukan kunjungan kerja ke Afghanistan. Dalam lawatan itu, Matheou dan timnya menerima keluhan bahwa faskes-faskes di berbagai daerah kekurangan dana untuk beroperasi.
3. AS soal Rudal Hipersonik Korut: Dunia Harus Respons Serius
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menyatakan bahwa dunia harus menanggapi secara serius uji coba rudal hipersonik yang dilakukan Korea Utara pada Selasa (28/9).
"Kami masih memeriksa peluncuran itu untuk memahami yang mereka lakukan, teknologi yang digunakan. Bagaimana pun, kami sudah berulang kali melihat pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional harus menanggapinya dengan serius," ujar Blinken.
Blinken kemudian menyatakan bahwa sikap Korut yang terus melakukan uji coba rudal ini meningkatkan "ketidakstabilan dan rasa tidak aman."
(bac)