Lebih dari 134 pemberontak Houthi tewas akibat serangan koalisi militer Arab Saudi, di selatan Marib, Yaman, pada Selasa (12/10).
"Kami menargetkan 9 kendaraan militer dari milisi Houthi di Abdya, dan mereka kehilangan lebih dari 134 milisinya," kata pernyataan koalisi yang dikutip AFP dari media resmi Saudi, Selasa (12/10).
Koalisi militer Saudi melancarkan belasan serangan udara baru di distrik Abdya, Provinsi Marib, setelah menggempur Houthi yang masih berupaya merebut wilayah terakhir pemerintah Yaman itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota Marib adalah benteng terakhir pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Koalisi Saudi turut menewaskan 150 milisi Houthi dalam pertempuran kemarin.
Ratusan pemberontak Houthi dilaporkan tewas sejak pertempuran Marib berkobar lagi pada September lalu.
Namun, sejumlah sumber militer menuturkan Houthi juga berhasil merebut 25 distrik di Marib dari tangan pasukan Yaman yang dibantu koalisi Saudi.
Menurut sumber militer, kelompok pemberontak itu berhasil distrik Al-Jawbah di Provinsi Marib bagian selatan.
Penduduk di wilayah itu, mengatakan Houthi telah memasuki distrik tersebut dengan cepat.
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, enam orang tewas dalam sebuah bom mobil yang menargetkan Gubernur Aden saat pawai digelar. Dia selamat dari serangan itu.
"Ini adalah eskalasi kekerasan oleh milisi Houthi, pemerintah radikal di Iran mendorong Houthi ke arah lebih banyak kekerasan," ujar Perdana Menteri Yaman, Maeen Abdulmalek Saeed kepada wartawan di Kairo.
Arab Saudi menuduh Iran mendukung Houthi dengan senjata dan pesawat tak berawaknya atau drone. Namun Teheran mengklaim hanya memberikan dukungan politik kepada kelompok pemberontak itu.
Pemberontak Houthi berulang kali menargetkan Arab Saudi dalam serangan lintas perbatasan menggunakan drone atau rudal.
Pada Jumat lalu, utusan Amerika Serikat untuk Yaman, Tim Lenderking, memulai upaya perdamaian baru.
Marib berada di antara wilayah selatan dan utara Yaman. Daerah ini merupakan kunci untuk mengendalikan wilayah bagian utara negara tersebut yang diduduki Houthi.
Pada tahun 2014, Houthi menyerbu dan menduduki Ibu Kota Sanaa, hingga memicu perang sipil di Yaman. Konflik itu pun mendorong intervensi Saudi demi membantu pemerintah Yaman memberangus Houthi
Sejak saat itu, puluhan ribu orang tewas dan jutaan warga mengungsi. Banyak pula warga yang melarikan diri ke Marib, sehingga wilayah ini mengalami pembengkakan populasi sejak perang dimulai.
Para pengamat mengatakan jika Marib jatuh ke tangan pemberontak, Houthi bisa terus memperluas pergerakannya ke arah selatan, wilayah yang dikuasai pemerintah Yaman.
Banyak pihak menganggap konflik di Yaman merupakan perang proxy antara Saudi yang mendukung Yaman, dan Iran yang menyokong Houthi.
Iran dan Saudi merupakan musuh bebuyutan yang berebut pengaruh di Timur Tengah.