Di salah satu desa di daerah pedalaman Afghanistan, Taliban mengizinkan tenaga kesehatan untuk bekerja sama dengan lawan jenis di klinik-klinik kesehatan.
Pemandangan itu dapat dilihat di klinik Tangi Saidan di Provinsi Wardak. Klinik itu merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan yang dapat melayani operasi.
Klinik itu pun hanya punya satu dokter yang bisa melakukan operasi, yaitu seorang pria bernama Sharif Shah. Pejabat Taliban pun memperbolehkan Shah untuk bekerja bersama staf-staf perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harus mengoperasi di sini. Jika tidak, perempuan akan meninggal," kata Shah kepada AFP.
Di klinik itu, ada tujuh perempuan di antara total 28 staf. Beberapa di antaranya bekerja sebagai perawat, spesialis vaksin, bidan, ahli gizi, dan petugas kebersihan. Mereka sering bekerja berdampingan dengan pria.
Jamila, satu-satunya perawat perempuan di klinik Tangi Saidan, juga mengaku tak pernah khawatir bekerja di kawasan itu, walau ia tetap harus didampingi mahram, atau wali laki-laki, ketika sedang jaga malam.
"Orang tidak mempermasalahkan dokter laki-laki karena dokter itu seperti mahram," kata Jamila.
Di Afghanistan yang sangat konservatif, perempuan dan laki-laki biasanya dirawat oleh seorang ahli kesehatan dengan jenis kelamin yang sama.
Seorang perwakilan Taliban mengatakan bahwa aturan di klinik Tangi Saidan ini merupakan salah satu bentuk pengecualian.
"Bila diperlukan, hukum Islam mengizinkannya," tutur Mohammad, pejabat Taliban yang bertanggung jawab atas perawatan kesehatan di distrik Daymirdad.
Ketika tidak ada pria, perawat perempuan dapat menangani pasien pria. Sebaliknya, ketika tidak ada dokter perempuan, dokter pria dapat merawat perempuan.
"Laki-laki dan perempuan dapat bekerja bersama di ruangan yang sama, meskipun dalam keadaan normal harus ada tirai di antara mereka," ucap pejabat Taliban tadi.
Sebelumnya, Taliban menyuruh perempuan untuk tak masuk kerja sampai sistem pemerintahan Islam diberlakukan.
Namun kemudian, ada kekurangan perawatan kesehatan untuk sebagian besar warga Afghanistan, terutama di luar kota.
Taliban kemudian memanggil petugas kesehatan perempuan kembali ke klinik dan rumah sakit. Meskipun diminta, banyak dari mereka yang terlalu takut untuk bekerja.
Namun, tak ada pengecualian serupa di Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Pemerintah Taliban di wilayah itu melarang perempuan untuk bekerja.
Wali Kota interim Kabul, Hamdulllah Namony, memerintahkan pegawai negeri sipil perempuan di kota itu tetap di rumah kecuali mereka yang jenis pekerjaannya tak bisa digantikan laki-laki.
Perempuan di banyak daerah lain juga diperintahkan tetap di rumah, baik pekerja sektor publik maupun swasta. Sejauh ini, pemerintah pusat belum mengumumkan kebijakan yang seragam.
(pwn/has/bac)