Presiden Brasil Ogah Divaksin Covid-19, Klaim Punya Imun Kuat
Presiden Brasil Jair Bolsonaro enggan menerima suntikan vaksin Covid-19 dengan alasan tubuhnya sudah memiliki sistem imun yang kuat.
"Saya memutuskan untuk tidak divaksin lagi. Saya meninjau studi baru, tingkat imun saya kuat. Kalau saya divaksin, untuk apa? Itu akan sama dengan judi, membayar US$10 untuk menang US$2. Itu tidak sesuai," ujar dia, saat diwawancara radio Jovem Pan, yang dikutip CNN, Rabu (13/10).
Bolsonaro, yang digugat ke Mahkamah Kriminal Internasional atas kejahatan kemanusiaan terkait kerusakan Hutan Amazon itu, mengatakan bahwa semua warga Brasil juga punya hak untuk tidak divaksin.
"Bagi saya, itu merupakan kebebasan di atas segalanya. Jika salah satu warga tidak ingin divaksin, itu hak dia dan hanya itu," ucapnya.
Pernyataan presiden itu muncul saat penduduk Brasil justru mulai mendukung vaksinasi. Direktur salah satu badan kesehatan internasional, Pan American Health Organization (PAHO) Carissa Etienne mengaku mulai melihat dampak dari kampanye-kampanye mereka.
"Para pendukung vaksin mendorong semua orang yang memenuhi syarat agar divaksinasi. Ini dan strategi lain akan menjadi kunci untuk menjangkau yang belum bisa kami jangkau," katanya.
Bolsonaro sejak lama memang menuai kritik dari penduduknya terkait penanganan pandemi Covid-19 dan keengganannya menerapkan tindakan pencegahan demi kesehatan masyarakat.
Ia pun tak pernah mau menerima vaksin. Pada September, Bolsonaro tak diizinkan masuk restoran di New York, Amerika Serikat, lantaran belum divaksin. Ia kemudian terlihat menyantap potongan pizza di trotoar dekat hotel.
Belum lama ini, ia juga tak diperkenankan masuk ke stadion untuk menonton pertandingan sepak bola dengan alasan serupa, yaitu belum divaksin. Sertifikat vaksin menjadi salah satu syarat untuk memasuki tempat olahraga itu.
Sejauh ini, total kasus Covid-19 di Brasil mencapai 21,6 juta dengan angka kematian 602 ribu jiwa.
Merujuk data John Hopkins University, total warga yang sudah divaksin penuh di negara itu mencapai 47 persen. Sementara itu, yang baru menerima satu dosis vaksin, sekitar 72 persen.
(isa/has)