Kisah WNI Stres Tiga Kali Tunda Berangkat Studi ke Australia

CNN Indonesia
Jumat, 15 Okt 2021 10:51 WIB
Seorang mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Universitas Adelaide, Australia, stres harus menunda keberangkatannya ke Negeri Kanguru hingga tiga kali.
Ilustrasi. (condesign/Pixabay)

Lembaga beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) memang tetap memberi tunjangan untuk biaya hidupnya. Meski demikian, pembelajaran di kampus Indonesia yang tetap berjalan tentu membutuhkan biaya.

"Di sini memberatkan juga. Untuk yang tidak mendapat dukungan dari kantor atau sponsorship yang lain, mereka harus nombok," ucapnya.

Saat memasuki masa awal kuliah, Rini kewalahan harus belajar secara daring, apalagi tempat tinggalnya tak mendukung. Ia harus ke sawah atau keluar rumah yang cukup jauh hanya untuk mendapat sinyal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasa putus asa akibat pembelajaran daring itu pun berangsur berubah menjadi cemas karena kabar keberangkatan yang terus ditunda.

"Pola stresnya berbalik. Daringnya bisa menyelesaikan, tapi malah kondisi psikis itu menjadi problem," katanya.

Memahami kondisi psikologis para penerima beasiswanya, AAI memberikan seminar mengenai kesehatan mental. Seminar ini, kata Rini, membantu penyembuhan dari kondisi yang penuh ketidakpastian.

Sebetulnya, Rini tak masalah jika pembelajaran terus dilakukan secara virtual. Namun, kesepakatan pihak pemberi beasiswa dengan kampusnya menyatakan kegiatan belajar mengajar harus secara langsung.

Kalaupun tetap daring, mahasiswa harus berada di Australia. Rini berharap, ia mendapat kejelasan soal keberangkatan berkenaan dengan studinya.

"Harapannya sih mendapat kabar yang jelas, bukan hanya dari Indonesia, tapi dari Australia. Biar masyarakat jelas," ujarnya.

Berdasarkan data terbaru, ada sekitar 130 ribu mahasiswa asing yang menunggu untuk kembali ke negara itu. Sejauh ini, hanya negara bagian New South Wales dan Victoria yang sudah memperbolehkan mahasiswa asing memasuki wilayahnya pada akhir 2021 ini.

NSW mengungkapkan bahwa mereka akan menerima 250 pelajar internasional tiap dua pekan. Sementara itu, Victoria akan mencoba menerima 120 siswa internasional tiap minggunya.

Setibanya para pelajar di dua negara bagian itu, mereka tetap harus menjalani masa karantina. Tiap negara bagian disebut memiliki aturan masing-masing menyoal mahasiswa internasional.

Sementara itu, pemerintah pusat Australia juga terus berusaha mencari cara agar mahasiswa internasional dapat kembali.

(isa/has)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER