Kisah WNI Stres Tiga Kali Tunda Berangkat Studi ke Australia
Salah satu mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Universitas Adelaide, Australia, mengaku stres harus tiga kali menunda keberangkatannya ke Negeri Kanguru karena penutupan wilayah akibat Covid-19.
Rini Baiq harus melapangkan kembali dadanya saat ia membaca informasi mengenai pembukaan perbatasan yang dilakukan pemerintah Australia baru-baru ini. Ternyata, aturan hanya itu berlaku untuk warga Australia yang berada di luar negeri.
"Awalnya senang bahwa akhirnya border (perbatasan) dibuka. Ternyata baru untuk warga Australia. Rinciannya belum ada itu untuk mahasiswa internasional. Setelah mendengar itu, agak kecewa sedikit," ujar Rini saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (14/10) malam.
Pemerintah Australia memang sedang berencana mencabut beberapa aturan penguncian wilayah dengan membuka perbatasan internasional secara terbatas.
Menurut Rini, berita itu sebenarnya bisa menjadi titik terang bagi mahasiswa yang sudah berharap untuk belajar di Australia. Rini sudah menunda keberangkatannya beberapa kali.
"Kalau dibilang sudah berkali-kali penundaan, saya dapatnya (penundaan) tiga (kali)," tuturnya.
Semestinya, perempuan asal Lombok itu menginjakkan kaki di Australia pada Desember 2020, saat dirinya seharusnya masuk semester I, tetapi ditunda.
Lalu, ia menerima kabar akan berangkat Januari 2021, tapi ternyata masih harus memperpanjang masa tunggu. Kabar yang sama datang lagi Juni 2021.
"Kemudian baru kemarin September, baru dapat kabar lagi delay (ditunda) lagi tahun 2022. Sempat ciut juga," keluhnya.
Ia lalu berkata, "Stres juga mendengar beritanya. Berangkat enggak bisa, menyelesaikan (penelitian) enggak bisa ketika mendengar diundur-undur lagi."
Rini mengambil program double degree di bidang ekonomi dengan beasiswa dari Australia Award Scholarship (AAS) dan Spilte-Site Master Program (SSMP).
Di masa awal, ia menempuh tingkat pasca-sarjananya itu di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama satu tahun, kemudian berlanjut ke Universitas Adelaide, negara bagian Australia Selatan.
Program double degree ini berbeda dengan mereka yang studi penuh di Australia. Mereka yang mengambil studi penuh, kata Rini, bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring. Sementara itu, proses belajar Rini harus ditempuh langsung di Australia.
"Jadi posisi sekarang menunggu bikin desperate (putus asa)," katanya.
Kisah Rini menghadapi gangguan psikis selama menunggu bisa dibaca di halaman selanjutnya >>>