Mengenal Turki dan Sekularisme Uniknya

CNN Indonesia
Selasa, 19 Okt 2021 19:40 WIB
Sekularisme yang dianut Turki terus berubah dari waktu ke waktu, mulai dari kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk hingga kini di bawah cengkeram Presiden Erdogan.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (AFP/ADEM ALTAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Turki terus menjadi sorotan publik Indonesia dalam beberapa waktu terakhir setelah pemerintah RI berencana mengubah salah satu nama ruas jalan di DKI Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Ataturk.

Ataturk merupakan pendiri sekaligus presiden pertama Turki. Ia dianggap bapak revolusi yang berhasil mengubah Turki sepeninggal Ottoman, yang kental dengan keislaman menjadi negara sekuler modern.

Sejumlah kalangan Muslim di Indonesia menganggap Ataturk merupakan tokoh sekuler sesat yang menjadikan Turki jauh dari keislaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Ataturk memang tidak bisa lepas dari Turki. Negara yang terletak di antara benua Asia dan Eropa itu telah menerapkan pemerintah dan konstitusi sekuler sejak awal terbentuk pada 1920-an.

Saat itu, Ataturk sebagai presiden pertama Turki percaya bahwa sistem politik sekuler merupakan satu-satunya jalan menggiring Turki menjadi negara maju.

Dikutip berbagai sumber, Turki menjadi negara yang unik lantaran satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang menerapkan paham sekuler atau ideologi yang memisahkan agama dengan urusan pemerintahan dan publik.

Paham sekuler pertama kali dikenalkan pemerintahan Ataturk pada 1928. Konstitusi itu menghapus ketentuan yang menyatakan bahwa agama negara adalah Islam.

Saat itu, Turki juga mulai mengganti struktur hukum Islam sepeninggal Ottoman dengan konstitusi baru.

Dalam konstitusi 1982 yang dianut Turki hingga kini pun tidak mengakui secara resmi atau mempromosikan agama apa pun.

Meski menganut paham yang memisahkan urusan agama dan pemerintahan, Turki tetap menyatakan bersikap "netral aktif", di mana pemerintah memiliki kendali terkait regulasi hukum agama.

Selama 15 tahun memerintah Turki hingga tutup usia pada 1938, Ataturk terkenal dengan kebijakan sekuler progresifnya mulai dari mengubah penulisan nasional yang semula menggunakan huruf Arab menjadi alfabet latin, larangan penggunaan atribut Muslim seperti kerudung bagi Muslimah di lembaga pemerintahan, menghapus pengadilan dan sekolah agama, hingga mengubah sistem kalender Islam menjadi masehi.

Sejak itu, sejarah menulis langkah progresif dan modern Ataturk dalam mereformasi Turki dari Ottoman menjadi negara sekuler yang tak lagi kental nilai Islam.

Menurut Profesor Kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, sekularisme yang diterapkan Turki berbeda dengan yang selama ini diterapkan negara Barat.

Yon menuturkan sekularisme pasif ala Turki bisa berjalan dengan modernisasi agama.

Sekularisme pasif di Turki, ucap Yon, diartikan sebagai negara memposisikan secara adil agama-agama yang ada.

Yon memaparkan sekularisme pasif dimanfaatkan oleh pemerintahan Turki saat ini untuk menghormati kepercayaan maupun keyakinan beragama di negara tersebut.

Hal ini bukan berarti agama harus absen di ruang publik, katanya, tetapi negara menjaga netralitas terhadap agama dan memberi kesempatan yang sama kepada agama-agama yang ada untuk berpartisipasi dalam urusan-urusan publik.

"Jadi negara tidak memusuhi simbol-simbol agama seperti yang dipraktikkan dalam sekularisme yang bersifat asertif," ujar Yon kepada CNNIndonesia.com pada Senin (18/10).

Namun, Yon mengatakan Ataturk perlahan mencoba menerapkan paham sekuler asertif di era pemerintahannya hingga publik mulai antipati terhadap dirinya.

Beberapa kebijakan kontroversial selama Ataturk memimpin antara lain larangan memakai sorban ala Ottoman, pembubaran sekolah-sekolah Islam, hingga larangan penggunaan bahasa Arab dan diganti dengan bahasa Turki.

"Nasionalisasi yang radikal itulah yang menyebabkan sebagian rakyat Turki sendiri tak menyukai figur Attaturk," kata Yon.

Sekularisme yang bersifat asertif, agresif, kata Yon, biasa ditakuti karena dapat merepresi kelompok agama.

"Ya yang asertif di akhir era Ataturk yang banyak mengakibatkan konflik dengan kelompok agama," katanya.

Erdogan dan misinya membawa kembali nilai Islam ke dekapan Turki, baca di halaman berikutnya...



Turki di Cengkraman Presiden Erdogan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER