Di tengah berbagai kontroversi, satu survei menunjukkan 53 persen warga Jepang sebenarnya mendukung pernikahan keponakan Kaisar Naruhito, Putri Mako, dengan rakyat biasa, Kei Komuro. Hanya 33 persen responden yang menolak.
Berdasarkan survei Yomiuri Shimbun yang dirujuk AFP itu, mayoritas responden dari seluruh kalangan usia mendukung pernikahan tersebut.
Pada responden berusia 18-39 tahun, 59 persen bahkan mendukung pernikahan tersebut. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, 53 persen pria dan 54 persen perempuan yang mengikuti survei ini juga mendukung pernikahan Putri Mako.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putri Mako dan Komuro sudah resmi menikah pada hari ini, Selasa (26/10) tanpa upacara tradisional kekaisaran. Akibat menikah dengan rakyat biasa, Mako harus melepaskan gelar putrinya.
Mako harus melepas gelar itu karena Komuro yang berprofesi sebagai pengacara di salah satu firma hukum Jepang bukan berasal dari keluarga bangsawan dan kerajaan.
Sejak Mako mengumumkan pertunangannya pada 2017 lalu, sejumlah masyarakat menentang hubungan kedua sejoli itu, terutama karena berbagai rumor miring mengenai Komuro.
Menjelang pernikahan Mako, sejumlah masyarakat menggelar demonstrasi penolakan di Tokyo. Kebanyakan pendemo berasal dari kaum konservatif dan warga paruh baya.
Para demonstran membawa poster bertuliskan berbagai komentar negatif, seperti "Hentikan pernikahan hina ini," hingga "Jangan nodai kekaisaran."
Walaupun demikian, ada beberapa masyarakat yang menyuarakan dukungan mereka atas pernikahan Mako dan Komuro.
"Yang paling penting dia (Mako) bahagia," tutur Machiko Yoshimoto, seorang warga Tokyo, kepada AFP.
Seorang warga lainnya, Shigehiro Hashimoto, mengatakan juga menyayangkan karena Putri Mako harus menikah secara sederhana.
"Tentunya, akan lebih baik bila (pernikahan ini) dilakukan dalam atmosfer yang meriah, dibandingkan di dalam situasi yang rumit ini, yang mana agak menyedihkan dan disesalkan," katanya.
(pwn/has)