Presiden Tsai Ing-wen mengakui kehadiran militer Amerika Serikat di Taiwan untuk melatih tentara di kawasan yang terus berebut kedaulatan dengan China itu.
Dalam wawancara khusus dengan CNN, Tsai menjadi presiden pertama Taiwan yang mengakui kehadiran militer AS tersebut.
Tsai memang enggan mengungkap jumlah militer AS di Taiwan. Namun, ia memastikan bahwa jumlahnya "tak sebanyak yang dipikirkan orang."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami punya banyak kerja sama dengan AS untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan kami," ujar Tsai.
Dengan pernyataan ini, Tsai mengonfirmasi hasil investigasi The Wall Street Journal (WSJ) yang dirilis pada awal Oktober lalu.
Dalam pemberitaannya, WSJ melaporkan bahwa sekitar dua lusin personel AS melatih pasukan darat dan laut Taiwan selama kurang lebih satu tahun belakangan.
Laporan tersebut mengutip pernyataan pejabat yang tak mau diungkap identitasnya. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Taiwan menolak mengomentari laporan tersebut.
Saat itu, Kementerian Pertahanan AS juga tak mengonfirmasi maupun menyangkal kabar tersebut. Juru bicara Pentagon, John Supple, mengatakan bahwa dukungan AS untuk militer Taiwan sesuai kebutuhan.
"Dukungan kami dan hubungan pertahanan dengan Taiwan tetap selaras melawan ancaman saat ini yang ditimbulkan oleh Republik Rakyat China," kata Supple.
Ia kemudian berkata, "Kami mendesak Beijing untuk menghormati komitmennya terhadap resolusi damai perbedaan lintas-selat."
Kini, Tsai menjadi presiden pertama Taiwan yang mengakui kehadiran militer AS di kawasan itu. Militer AS yang resmi dikerahkan terakhir kali meninggalkan Taiwan pada 1979, ketika Washington menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing.
Kabar mengenai militer AS ini sebenarnya sudah berembus sejak awal 2020 lalu. Saat itu, militer AS mengunggah kemudian menghapus video yang memperlihatkan sejumlah Pasukan Khusus Tentara mereka melatih tentara di Taiwan.
Pada November 2020, Kementerian Pertahanan Taiwan membantah kabar bahwa militer AS melatih tentara di kawasan mereka.
(has)