Mereka menyadari manfaat daerah dataran rendah di sebelah sungai mampu menyerap air kala hujan deras melanda. Pemerintah pun memutuskan untuk merelokasi beberapa warga yang tinggal di sekitar sungai.
Masyarakat Belanda yang memberikan rumah dan lahan mereka bukan melakukan hal itu untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk kebaikan bersama. Mereka rela mengorbankan lahan agar orang yang tinggal di wilayah hulu dan hilir sungai bisa hidup tentram.
Proyek ini membuat sungai di Belanda bisa menyerap 25 persen air lebih banyak daripada 1995. Proyek ini dianggap sebagai bukti kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan pengelola proyek penanganan banjir untuk pemerintah Belanda, Hans Brouwer, mengatakan bahwa banjir besar yang terjadi di negara itu pada 1993 dan 1995 menjadi 'panggilan' baginya untuk mengubah cara penanganan banjir.
"Selama beberapa dekade, kita fokus akan laut, dan (bagaimana) cara kita bertahan dari gelombang badai," cerita Brouwer.
"Dan kami terkejut pada sungai kami. Pada 1995, kami memutuskan untuk mengevakuasi seperempat juta orang. Itu benar-benar mengesankan."
Banjir besar di Belanda pada 1995 itu ternyata bertepatan dengan perilisan laporan pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perubahan iklim.
"Anda menyadari bahwa kami bisa mendapatkan luapan air yang lebih banyak dari sungai, dan di saat yang sama akan sulit untuk mengatasi luapan itu karena kenaikan permukaan laut," ujar Brouwer.
Kini, van Lelieveld mengaku senang dengan program pemerintah tersebut. Juli lalu, ia melihat sungai mulai meluap, tapi tak masalah karena air tak akan mencapai rumahnya berkat program pemerintah.
"Pada saat itu, Anda bisa melihat fungsi wilayah itu, karena kami tidak memiliki masalah dengan kenaikan air di sini. Saya harap masyarakat mengerti apa yang saya korbankan untuk itu," katanya.
(pwn/has)