ANALISIS

Konflik China Vs. Taiwan: Mungkinkah Perang Terjadi?

CNN Indonesia
Kamis, 11 Nov 2021 09:52 WIB
China dan Taiwan terus tegang, apakah perang mungkin terjadi antara keduanya jika konflik terus memanas?
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen terus berebut kedaulatan. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/Ann Wang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketegangan antara China dan Taiwan terus memanas dalam beberapa tahun terakhir.

China terus mengertak Taiwan supaya berhenti mengupayakan kemerdekaan, dengan melakukan sederet latihan perang hingga mengirimkan puluhan jet tempurnya memasuki wilayah pertahanan udara Taipei.

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga saling "serang" berebut kedaulatan melalui serangkaian pernyataan dan seruan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan yang terus meningkat ini memicu berbagai asumsi dan prediksi kemungkinan perang antara China dan Taiwan.

China merupakan negara dengan kekuatan militer kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Meski militer Taiwan jauh berada di belakang China, wilayah tersebut punya AS yang bersedia menjadi perisainya ketika konflik terbuka pecah.

Pekan lalu di depan rapat legislatif, Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, memprediksi China bisa melakukan invasi ke Taiwan dengan skala penuh pada 2025 mendatang.

Pernyataan dramatis itu diutarakan Chiu tak lama usai China mengerahkan puluhan pesawat tempur ke wilayah udara pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.

Di awal-awal Oktober, menurut catatan ada sekitar 150 pesawat tempur yang memasuki wilayah udara Taiwan. Jumlah ini merupakan angka tertinggi aktivitas serangan yang dilakukan China sejak tahun lalu.

Meski sejumlah pejabat Taiwan telah mewanti-wanti kemungkinan invasi besar-besaran China, sejumlah peneliti geopolitik internasional menganggap China tidak akan menginvansi Taiwan dalam waktu dekat.

Pengamat lainnya bahkan menilai invasi Beijing ke Taiwan nyaris tidak mungkin terjadi apalagi tanpa peringatan.

Sebab China telah melancarkan rentetan agresi dan gertakan ke Taiwan bahkan sejak perang saudara berkecamuk pada 1949.

Pada awal 2000-an misalnya, para ahli menganggap China dapat merebut kembali Taiwan dalam rentan waktu dekade tersebut. Kemudian, pada 2013, Kemhan Taiwan juga memperkirakan China akan punya kemampuan untuk menyerang wilayahnya pada 2020.

"Tapi, kedua prediksi itu tidak terjadi. Terlepas dari manuver angkatan udara China terbaru, kehidupan masyarakat Taiwan tetap berjalan seperti biasa. Masyarakat sebagian besar tidak peduli tentang ancaman invasi dan serangan reguler hampir tidak pernah diberitakan di halaman depan surat kabar," bunyi analisis CNN.

Meski begitu, itu bukan berarti tidak ada alasan bagi Taiwan untuk khawatir. Sebab, meski perang kecil kemungkinan terjadi, China akan terus melakukan segala cara guna membuat Taiwan "menyerah" atas ambisi kemerdekaannya dan kembali pada pelukan pemerintah pusat di Beijing.

Sebagai contoh, China terus memperkuat tekanan militer, ekonomi, bahkan diplomatik terhadap Taiwan demi mengisolasi wilayah itu dan mencapai tujuan "Satu China".

Selama ini, China terus mengintimidasi negara-negara berkembang dan kecil yang semula memiliki hubungan diplomatik atau hubungan dekat dengan Taiwan untuk menghentikannya. Baik dengan menggelontorkan banyak bantuan finansial dan modal atau sanksi pemutusan hubungan dengan Beijing.

Para ahli juga khawatir jika para pemimpin Partai Komunis China merasa tak ada harapan untuk unifikasi dengan Taiwan secara damai, mereka bisa beralih mengambil tindakan yang lebih drastis untuk memenuhi ambisi mereka tersebut.

Anggapan China yang frustasi soal Taiwan bisa dibaca di halaman berikutnya >>>

Bentuk Frustrasi China sampai Peluang Unifikasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER