Jakarta, CNN Indonesia --
Keluarga Saud penguasa Arab Saudi, yang hidup bergelimang harta dan kuasa tak lepas dari berbagai skandal.
Mulai dari korupsi, bahkan pertumpahan darah, mengguncang keluarga yang telah menguasai Arab Saudi selama lebih dari 89 tahun ini.
Skandal Korupsi Hingga Sekitar Rp1.438 Triliun
Dimulai dari skandal korupsi, Arab Saudi harus mengalami kerugian hingga US$100 miliar (Rp1.438 triliun). Kerugian ini timbul akibat korupsi yang dilakukan bangsawan dan pejabat di negara itu selama beberapa dekade, dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka kerugian ini dibeberkan oleh Sheikh Saud Al Mojeb pada 2017, yang kala itu menjabat sebagai Jaksa Agung Arab Saudi.
"Berdasarkan investigasi yang kami lakukan dalam tiga tahun terakhir, kami memprediksi setidaknya US$100 miliar telah disalahgunakan dari korupsi sistematik dan penggelapan selama beberapa dekade," kata Al Mojeb.
"Bukti dari penyalahgunaan ini sangat kuat, dan mengonfirmasi dugaan awal yang berujung pada dimulainya investigasi oleh otoritas Arab Saudi," tambahnya.
Otoritas Arab Saudi menahan belasan keluarga kerajaan, pebisnis, dan pejabat pemerintah senior kala melakukan inpeksi anti-korupsi dadakan. Beberapa orang yang ditahan yakni pengusaha sekaligus miliarder Pangeran Alwaleed bin Talal, mantan kepala istana kerajaan Khaled Al-Tuwaijri, dan maestro media Saudi Waleed Al-Ibrahim.
Pembunuhan Raja Faisal dan Hukuman Eksekusi
Pada 1975, ada seorang pangeran Arab Saudi yang dihukum mati karena membunuh raja negara terdahulu, Raja Faisal. Raja Faisal ditembak oleh Pangeran Faisal bin Musaed bin Abdelaziz.
Akibat kejahatannya, Pangeran Faisal mendapatkan hukuman penggal, sebagaimana dilansir New York Times.
Hukuman penggal ini dilakukan di alun-alun depan istana Gubernur Riyadh, menghadap Masjid Agung.
Seorang saksi, yang dihubungi melalui telepon, mengatakan bahwa Pangeran Faisal diam dan terlihat tenang saat dibawa ke tempat eksekusi.
Setelah itu, kepalanya dilaporkan sempat dipancang di tiang kayu sebelum dimasukkan ke dalam ambulans bersama badannya, untuk dimakamkan.
Hukuman ini dilaporkan disaksikan oleh Pangeran Salman, yang merupakan adik dari Raja Faisal yang dibunuh. Ia satu-satunya keluarga kerajaan di antara para saksi eksekusi.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
MBN Didongkel MBS dari Jabatan Putra Mahkota
Raja Salman, yang mengambil alih kekuasaan Arab Saudi pada Januari 2015, memilih keponakannya Mohammed bin Nayef (MBN) sebagai putra mahkota dan penerus takhta. Namun dua tahun kemudian, kedudukan MBN digantikan oleh Mohammed bin Salman (MBS), yang mana adalah anak dari Raja Salman.
Pada 2020, MbN ditangkap di rumahnya, dikutip dari NBC News. Para pejabat Saudi mengatakan penangkapan itu dilakukan atas dugaan pengkhianatan. Namun, MBN tak pernah didakwa secara resmi.
Pembunuhan Jamal Khashoggi
Jamal Khashoggi, seorang wartawan dari The Washington Post, sempat hilang ketika ia hendak mengurus sejumlah dokumen pernikahannya di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Beberapa hari setelah Khashoggi menghilang, media Turki merilis sejumlah rekaman dan gambar CCTV yang memperlihatkan sekelompok pria diduga regu pembunuh masuk dan keluar gedung konsulat Saudi.
Waktu kemunculan mereka sama ketika Khashoggi mengunjungi kantor tersebut.
Setelah merazia gedung konsulat Saudi, aparat Turki menemukan beberapa bukti yang mendukung dugaan bahwa Khashoggi dibunuh.
Laporan intelijen AS juga menyimpulkan bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat itu atas perintah penguasa Saudi. Sejak itu, nama MbS terus dikaitkan dengan pembunuhan Khashoggi, mengingat Khashoggi kerap mengkritik kepemimpinan MbS di negara itu.
Pada 20 Oktober 2018, Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat di Istanbul. Walaupun demikian, pemerintah Saudi membantah keterlibatan mereka dalam kasus ini.
Pembunuhan Pelayan oleh Pangeran Arab Saudi
Salah satu pangeran Arab Saudi, Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud, dihukum penjara di 2010 karena membunuh pelayannya. Ia divonis penjara seumur hidup karena mencekik dan memukul Bandar Abdulaziz sampai tewas di sebuah hotel bintang lima di London, sebagaimana dilansir The Guardian.
Si pangeran menggigit pria 32 tahun itu di kedua pipinya, yang mana dikatakan memilih unsur seksual.
Awalnya, pangeran Saud ini berpikir kalau ia memiliki kekebalan diplomatik. Namun statusnya ini tak bisa menyelamatkan Saud dari vonis penjara. Saud juga disebut memperlakukan korban sebagai 'samsak manusia.'
Saud sempat berusaha menutupi kebenaran hubungan antara dirinya dan pelayan tadi, dengan mengklaim mereka adalah teman. Namun, seorang porter di hotel mengatakan bahwa korban diperlakukan seperti 'budak.'
Saud juga mengklaim dirinya adalah heteroseksual dan memiliki pacar perempuan di Arab Saudi. Namun, Saud diketahui membuat janji dengan setidaknya dua pendamping pria dan satu tukang pijat gay, pun juga melihat ratusan gambar pria di situs web gay. Foto korban juga ditemukan di ponsel Saud.
Sementara itu, homoseksual merupakan pelanggaran berat di Arab Saudi. Jika Saud memutuskan kembali ke Arab Saudi, ia menghadapi kemungkinan di eksekusi.