Jakarta, CNN Indonesia --
Salah satu petugas medis di rumah sakit Covid-19 Roma, Italia, mengaku kewalahan menghadapi lonjakan pasien di RS yang ia tangani.
"Kami kebanjiran permintaan (pasien) masuk. Ini tekanan terus-menerus" kata Direktur Medis Rumah Sakit Casalpalocco Covid Roma, Antonio Marchese, kepada AFP, Jumat (31/12).
Marchese khawatir lonjakan pasien akan terus terjadi dan lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 120 tempat tidur di rumah sakit, sebanyak 111 tempat tidur diisi pasien terinfeksi Covid-19. Menurut Marchese, kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakitnya belum divaksinasi.
Kasus Covid-19 harian Italia pecah rekor selama dua hari beruntun. Pada Rabu (29/12) kasus harian Covid-19 di Italia mencapai 98.030 infeksi dan kematian 136. Kemudian pada Kamis (30/12), kasus harian tercatat 126.888 kasus, dengan angka kematian 156 jiwa.
Angka ini sejalan dengan lonjakan kasus penerimaan pasien di RS Italia. Kenaikan itu dipicu oleh varian Omicron dan keengganan warga untuk divaksinasi.
Hampir tiga perempat pasien Covid-19 di rumah sakit tercatat belum divaksinasi. Beberapa di antara mereka bahkan menolak diintubasi saat berada di ruang perawatan intensif (ICU).
"Kemudian mereka umumnya menerima karena sadar betapa seriusnya (Covid-19) itu, dan mereka tak lagi bisa bernapas sendiri," kata Marchese.
Mayoritas pasien dalam perawatan intensif adalah para lanjut usia. Namun, tak menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga mengisi ICU.
"Karena mereka harus dipantau dan untuk melihat apakah mereka perlu diberi alat bantu pernapasan", ujar Marchese.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Di seluruh Italia, rumah sakit mengalami masalah serupa.
Menurut Badan Nasional Layanan Kesehatan Regional Italia, pada 17 Desember keterisian tempat tidur di ICU tercatat 10 persen. Kemudian dua hari terakhir, jumlah itu merangkak hingga 13 persen.
Beberapa RS di daerah bahkan mengalami lonjakan pasien yang lebih tinggi. Seperti di Veneto sebesar 18 persen, dan Lazio sebanyak 16 persen.
Italia padahal sudah memvaksinasi 85,8 persen dari populasi penduduknya. Namun, masih ada sekitar enam juta anak di atas 12 tahun yang tidak divaksinasi.
"Menurut pendapat saya, di Italia kami telah berhasil mengarahkan populasi ke arah tren vaksinasi tertentu yang menguntungkan," kata Marchese.
"Tentu saja, orang-orang tanpa-vaksin ada di mana-mana, bahkan di sini."
Salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit adalah Roberto Cassina. Pria berusia 53 tahun itu tidak divaksinasi. Ia bahkan tidak sadar terinfeksi Covid.
"(Sampai) situasinya memburuk dan saya mengalami gagal napas," tutur dia.
Namun demikian, Cassina masih ragu apakah ia akan memutuskan divaksin atau tidak.
Berbeda dengan Cassina, di seberang aula, Gianpaolo Coin (75) mengatakan tidak akan ragu untuk divaksinasi. Ia mengaku sangat takut setelah tertular Covid.
"Saya dan istri saya, kami kira kami akan mati."
Salah satu upaya pemerintah Italia meyakinkan penduduk agar bersedia divaksinasi, yakni menerapkan aturan yang ketat bagi warga belum vaksin.
Aturan itu diantaranya, warga belum vaksin dilarang masuk ke hotel, pusat kebugaran, restoran, dan bahkan transportasi umum.
Mulai 10 Januari, kartu kesehatan baru yang yang menunjukkan bukti status vaksinasi atau pemulihan dari Covid-19 juga akan dijadikan syarat masuk ke banyak tempat publik.
Pemerintah juga membatalkan persyaratan karantina 10 hari untuk orang yang divaksinasi penuh dan memiliki riwayat kontak dengan kasus positif.
Selain itu, beredar spekulasi pemerintah Italia akan memberlakukan persyaratan vaksinasi untuk semua pekerjaan.