Demonstrasi di Sudan yang berlangsung baru-baru ini memakan beberapa korban jiwa. Sebanyak tiga pengunjuk rasa tewas akibat ditembak pasukan keamanan pada Kamis (6/1).
Menurut Komite Sentral Dokter Sudan, tiga orang yang terbunuh ini ditembak pasukan keamanan saat demo di kota Omdurman dan Bahri. Sementara itu, setidaknya 60 orang meninggal dunia sejak kudeta militer dilakukan pada Oktober 2021, dikutip dari Reuters.
Sudan mengalami transisi pemerintahan sipil sejak 2019, kala autokrat Omar al-Bashir digulingkan. Namun, transisi ini kembali terancam akibat kudeta militer yang dilakukan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan pada 25 Oktober 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat masalah ini, lebih dari 14 juta masyarakat Sudan diprediksi membutuhkan bantuan kemanusiaan dalam beberapa tahun ke depan, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Sejak Taliban berkuasa atas Afghanistan pada Agustus 2021, kelompok itu semakin membatasi peran perempuan dan hak asasi manusia. Dalam beberapa demo yang terjadi sejak mereka berkuasa, ada beberapa yang memakan korban jiwa.
Pada Agustus 2021, sebanyak tiga orang tewas dan belasan lainnya luka-luka usai gerilyawan Taliban melepas tembakan ketika sejumlah demonstran. Demo yang terjadi di kota Jalalabad ini dilakukan untuk memprotes kekuasaan Taliban.
Pada September 2021, dua orang tewas akibat luka tembak dan delapan lainnya luka-luka dalam aksi protes menentang Taliban di kota Herat.
Tak hanya itu, Taliban juga kerap melakukan kekerasan pada pengunjuk rasa. Taliban pernah mencambuk perempuan yang memprotes kabinet bentukan kelompok yang sama sekali tak melibatkan perempuan.
Ada pula jurnalis yang dipukul anggota Taliban kala meliput demo yang terjadi di Afghanistan.
(pwn/rds)