Covid Global Tembus 300 Juta Kasus, Kini Hadapi Omicron
Kasus positif Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia telah mencapai 300 juta kasus pada Jumat (7/1). Peningkatan kasus ini yang signifikan ini salah satunya disebabkan oleh varian omicron dalam beberapa minggu terakhir.
Dalam tujuh hari terakhir saja sudah 34 negara yang melaporkan kasus mingguan tertinggi sejak pandemi. Tak terkecuali 18 negara di Eropa dan 7 negara di Afrika.
Varian omicron memang lebih cepat menular dibandingkan varian lainnya, tapi diindikasikan menyebabkan penyakit yang lebih ringan. Hal ini terlihat dari angka rata-rata kematian dunia yang turun 3 persen, saat dunia tengah mencatat 13,5 juta kasus dalam seminggu.
Namun demikian, para ahli memperingatkan peningkatan jumlah kasus yang drastis dapat mengancam sistem kesehatan seperti rumah sakit.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Omicron tidak boleh dikategorikan sebagai penyakit ringan, mengingat tingkat penularan yang tinggi.
"Faktanya, tsunami kasus sangat besar dan cepat, sehingga membanjiri sistem kesehatan di seluruh dunia," kata Tedros dikutip dari AFP, Sabtu (8/1).
Kebijakan Ketat Negara-negara
Menanggapi ancaman badai varian omicron, beberapa pemimpin negara dunia menerapkan kebijakan ketat.
Kanselir Jerman Olaf Scholz hanya memberikan akses kepada masyarakat menuju bar dan restoran bagi mereka yang sudah divaksin dan menunjukkan hasil negatif dari Covid-19.
Selanjutnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan pengusaha dengan pekerja di atas 100 orang untuk divaksinasi.
Aturan ini ditentang oleh oposisinya yang menyatakan kebijakan tersebut melanggar hak individu dan penyalahgunaan kekuasaan pemerintah.
Namun, Hakim Agung AS Elena Kagan membela Biden dengan bertanya balik pada pihak yang mengecam kebijakan tersebut.
"Mengapa ini tidak diperlukan untuk mengurangi risiko besar? Ini adalah bahaya kesehatan masyarakat terbesar yang dihadapi negara ini dalam satu abad terakhir," katanya.
Jumlah kasus yang meningkat juga membuat India cemas. Sebab, pada tahun lalu negara di Asia Tengah tersebut mencatatkan ribuan kasus kematian akibat Covid-19 setiap harinya.
Profesor di Universitas Ashoka India Gautam Menon mengatakan bahwa penularan kasus omicron dapat memperburuk sistem perawatan kesehatan ke tingkat yang sebanding atau lebih parah dari gelombang sebelumnya.
Di lain sisi, Pengadilan Tinggi Calcutta, negara bagian Bengal Barat India, justru menolak pengajuan pembatalan festival besar Hindu, meskipun ada kekhawatiran varian tersebut dapat menyebar dengan cepat di antara 500 ribu peserta.
"Orang-orang dari semua negara bagian di negara itu akan menghadiri festival keagamaan dan berenang. Mereka mungkin membawa virus varian dan festival keagamaan ini mungkin akan menjadi penyebar super terbesar dalam beberapa hari mendatang," kata pemerhati lingkungan Subhash Dutta.
(vws/vws)