Junta Myanmar Disebut Ganti Kepala AU Buntut Bom 'Pemberontak'

CNN Indonesia
Kamis, 13 Jan 2022 00:00 WIB
Junta Myanmar dikabarkan mengganti panglima Angkatan Udara, Maung Maung Kyaw, buntut serangan bom dalam menangani pemberontakan.
Junta Myanmar dikabarkan mengganti panglima Angkatan Udara, Maung Maung Kyaw, buntut serangan bom dalam menangani pemberontakan. (Foto: AP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Junta Myanmar dikabarkan mengganti panglima Angkatan Udara negara itu, Maung Maung Kyaw. Penggantian tersebut disebabkan salah satu tokoh senior tersebut menggunakan serangan bom untuk menangani pemberontakan.

Salah satu sumber Reuters, seperti diberitakan pada Rabu (12/1), menuturkan, Maung yang berusia 57, tahun mengemban jabatan tersebut sejak 2018.

Dua sumber Reuters juga menyampaikan Maung digantikan oleh Htun Aung, Senin (10/1). Htun sempat menjadi Kepala Staf Angkatan Udara. Meski demikian, tak ada pemberitahuan publik terkait penggantian ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak Reuters juga tak bisa mengetahui alasan pasti pemimpin junta Min Aung Hlaing mengganti Kyaw.

Sementara itu, juru bicara militer Zaw Min Tun tidak merespons permintaan konfirmasi. Namun, dalam Eleven Media, Zaw sempat mengatakan Maung telah pensiun setelah empat tahun menjabat.

Reuters juga tak bisa mengontak Maung secara langsung, dan permintaan komentar yang diajukan lewat militer tak mendapatkan respons.

Sejak kudeta pada Februari 2021, armada udara kerap digunakan untuk mengangkut pasukan militer, mengingat kudeta ini membuat kelompok perlawanan sipil dan junta sering terlibat bentrok.

Beberapa saksi mengatakan, Angkatan Udara kerap digunakan untuk meluncurkan serangan bom yang membunuh warga sipil. Pihak junta tak memberikan komentar terkait tuduhan ini.

Namun, mereka sempat mengatakan bom tidak menargetkan warga sipil melainkan 'teroris.'

Sebelumnya, pihak junta memenjarakan pemimpin de facto Myanmar yang di kudeta, Aung San Suu Kyi dan kebanyakan sekutunya. Junta menilai pihak oposisi yang memihak pemerintah Suu Kyi sebagai teroris.

Di sisi lain, Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) menuturkan lebih dari 1.400 orang terbunuh dalam kekerasan yang terjadi setelah kudeta, termasuk karena pengeboman.

Sementara itu, investigasi Reuters menemukan beberapa anggota keluarga Maung, termasuk anak dan keponakannya, merupakan bagian dari generasi muda keluarga militer yang memiliki kepentingan bisnis memasok suplai angkatan bersenjata.

Maung sendiri juga mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat atas perannya dalam kudeta.

(pwn/chri)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER