Cerita WNI di AS soal Warga Lepas Masker saat Covid Masih 'Menggila'

CNN Indonesia
Kamis, 13 Jan 2022 16:28 WIB
Banyak warga AS yang tak memakai masker meski lonjakan infeksi Covid-19 sempat mencapai 1,35 juta kasus dalam sehari.
Ilustrasi. Banyak warga AS yang berani tak memakai masker meski lonjakan infeksi Covid-19 sempat mencapai 1,35 juta kasus dalam sehari. (Foto: AFP/JACK GUEZ)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat kembali menghadapi gelombang baru infeksi Covid-19 di tengah penyebaran varian Omicron.

Negeri Paman Sam bahkan sempat mencatat rekor dunia dengan mendeteksi 1,35 juta kasus Covid-19 dalam sehari pada Senin (10/1).

Meski infeksi harian Covid-19 per Rabu (12/1) sudah turun menjadi 851 ribu kasus, namun rata-rata kasus positif corona harian AS mencapai 782 ribu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang warga Indonesia yang kini berdomisili di Chicago, Lien Iffag Naf'atu Fina, menceritakan kondisi di tempat ia tinggal.

Sejak penyebaran varian Delta menurun, Fina mengatakan sebagian besar warga AS mulai berani melepas masker ketika beraktivitas di luar ruangan.

Pemerintahan Presiden Joe Biden sendiri juga telah mencabut aturan wajib menggunakan masker sekitar akhir 2021.

"Jadi saya tetap memakai masker di ruangan tertutup, sebenarnya dari dulu protokolnya tidak ada yang berubah sih. Ketika di ruangan tertutup/indoor, itu selalu pakai masker. Kalau di luar lebih sering tidak (pakai masker) sih, karena ingin menghirup udara segar, kecuali kalau berkerumun. Tetapi kalau berkunjung ke rumahnya orang biasanya tidak memakai masker, karena melibatkan makan dan lain-lain," ucap Lien bercerita kepada CNNIndonesia.com pada Rabu (12/1).

Salah satu alasan pemerintah AS berani mencabut aturan mengenakan masker adalah karena angka vaksinasi Covid-19 Negeri Paman Sam tinggi. Sejauh ini, sebanyak 62,6 persen dari total 334 juta warganya telah divaksinasi lengkap.

Menurut Lien, itu menjadi salah satu alasan dia dan warga AS cukup percaya diri untuk masih beraktivitas, termasuk bertemu kerabat dan kolega, di luar ruangan meski Covid-19 sedang melonjak.

"Saya pribadi agak percaya diri itu karena saya sudah vaksin dan sudah booster. Dan ketika bertemu diusahakan pakai masker, kecuali ketika makan," kata Lien.

Meski tak ada aturan wajib vaksin, Lien mengatakan semakin banyak tempat-tempat publik seperti bioskop, kafe, dan restoran menerapkan syarat vaksinasi sebelum bisa masuk.

Lien bercerita dia pernah tidak bisa masuk ke restoran karena lupa membawa bukti vaksinasi.

"Awal tahun lah, itu makan di restoran. Untuk bisa masuk ke dalam restoran, ada petugas yang meminta bukti vaksin dan yang tidak membawa itu tidak boleh masuk. Jadi, kebetulan waktu itu suami saya membawa, saya tidak, jadi saya harus kembali menunggu di mobil, suami saya yang akhirnya bawa pulang makanan," tutur Lien yang saat ini tengah melanjutkan studi di Chicago.

Lien juga menuturkan kampusnya harus mengubah aturan terkait perkuliahan tatap muka.

"Kemarin kampus mengumumkan dari tanggal 10 (Januari) sampai tanggal 24 (Januari), dua pekan pertama itu dilakukan secara daring. Padahal, sebelumnya sudah direncanakan dilakukan secara in-person atau tatap muka," kata Lien lagi.

Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli lainnya sudah menyimpulkan bahwa varian Omicron lebih ringan dari varian Delta, namun lonjakan Covid-19 di AS saat ini mulai membuat banyak rumah sakit kewalahan.

Beberapa rumah sakit di AS bahkan mengizinkan pekerja medis tetap bertugas meski mereka sedang terinfeksi Covid-19. Namun, izin ini hanya diberikan pada pegawai bergejala ringan atau tak bergejala sama sekali.

Aturan ini diterapkan setelah beberapa rumah sakit mulai kekurangan tenaga medis akibat banyak yang mengambil cuti untuk istirahat karena kelelahan selama menangani gelombang Covid-19 terdahulu, atau tengah terinfeksi virus corona.

Di wilayah Phoenix, operator rumah sakit Dignity Health menuturkan, staf terinfeksi Covid-19 yang dirasa mampu bekerja boleh meminta izin ke manajer mereka untuk kembali mengurus pasien.

Meski demikian, imbauan ini baru akan diterapkan dalam beberapa hari atau pekan ke depan.

"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan karyawan kami bisa kembali bekerja sembari melindungi pasien dan staf kami dari transmisi Covid-19," kata Dignity Health dalam sebuah pernyataan.



(pwn/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER