Hongaria bakal menyediakan suntikan keempat vaksin Covid-19 untuk orang-orang yang secara khusus meminta hal itu. Kepala staf Perdana Menteri Viktor Orban, Gergely Gulyas mengatakan dosis keempat Covid-19 baru akan diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter.
Hal tersebut diumumkan Gulyas pada Kamis (13/1), setelah negara berpenduduk 10 juta tersebut diperkirakan mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat penyebaran cepat varian Omicron.
"Siapa pun bisa mendapatkan suntikan keempat berdasarkan konsultasi dengan dokter. Keputusan pemerintah akan diterbitkan pada pekan ini," kata Gulyas seperti diberitakan Reuters, Kamis (13/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hongaria pun saat ini tidak ada pembatasan. Sekolah beroperasi seperti biasa. Masyarakat hanya diwajibkan menggunakan masker di dalam ruangan dan transportasi umum.
Penghitungan harian infeksi COVID-19 baru di Hongaria melonjak menjadi 9.216 pada Kamis (13/1) dibandingkan Rabu (12/1) yang mencatatkan 7.883 kasus. Namun, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit menurun.
Di Hongaria, 40.164 orang telah meninggal karena COVID-19. Kemudian, 2.647 pasien virus corona di rumah sakit, termasuk 249 yang menggunakan ventilator.
Pemerintah juga telah memutuskan mempersingkat masa karantina yang diperlukan menjadi 7 hari dari 10 hari. Gulyas menambahkan warga kini dapat meninggalkan karantina setelah 5 hari asalkan hasil tes COVID-19 negatif.
Lebih dari enam juta orang Hongaria telah menerima setidaknya dosis dua vaksin Covid-19, dan 3,3 juta juga telah menerima booster.
Kendati demikian, tingkat vaksinasi negara itu masih tertinggal dari sebagian besar tingkat Eropa barat.
Selain Hongaria, Denmark juga menyatakan bakal menawarkan dosis keempat vaksin Covid-19. Namun, suntikan itu disebut bakal ditawarkan kepada warga yang paling rentan.
Sementara itu, regulator obat Uni Eropa telah mengungkapkan keraguan perlunya dosis keempat vaksin Covid-19. Mereka mengatakan tak ada data pendukung pendekatan tentang itu dan memerlukan informasi lebih lanjut mengenai varian Omicron.
(reuters/chri)