Thohir-Hanifah dan kelima anaknya tiba di Indonesia pada 2019. Mereka menyelundup ke pesawat dari Afghanistan ke India, kemudian ke Malaysia, lalu ke Indonesia.
Jauh sebelum meninggalkan Afghanistan, hidup mereka dalam ancaman lantaran Taliban kerap melakukan represi atau bahkan membunuh suku Hazara. Thohir dan keluarga merupakan suku Hazara.
"Kami adalah suku Hazara. Suku Hazara di Afghanistan selalu berada dalam ancaman," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun saat mereka di Indonesia, menurut Thohir tak banyak yang dilakukan UNHCR berkenaan dengan kehidupan sebagian para pengungsi. Padahal sebelumnya ia berharap banyak.
Mayoritas penduduk di Afghanistan beraliran Sunni, sementara suku Hazara beraliran Syiah. Pada 1996, Taliban mendeklarasikan perang terhadap etnis itu. Imbasnya mereka menghadapi penganiayaan dan penindasan yang parah.
Thohir berharap ada masa depan yang lebih baik, kehidupan yang lebih baik, tapi ia dan keluarganya serba dalam situasi tak pasti. Mereka tak bisa memprediksi sampai kapan tinggal di negara pimpinan Joko Widodo ini.
Harapan lain, menurut dia pemerintah Indonesia yang terkoneksi dengan UNHCR dan Organisasi Migran Internasional (IOM), harus bertanggung jawab kepada para pengungsi.
"Jika mereka tak bisa melakukan di sini, ya kirim kami ke negara ketiga karena hidup mereka (anak-anak), masa depan anak-anak terdampak."
Saat buah hatinya berusia 18 tahun, pikir Thohir, mereka harus sudah independen dalam artian mandiri. Pengungsi di negara ketiga, punya hak untuk bekerja dan belajar.
Namun di Indonesia, mereka tak mendapat keduanya. Mereka bergantung pada donasi orang-orang. Thohir bertutur,"Negara harusnya melakukan sesuatu untuk para pengungsi."
"Kami memohon kepada anda sebagai negara Islam untuk membantu para pengungsi keluar dari situasi ini," ujar Thohir.
Sepanjang wawancara Thohir yang selalu merespons. Kami kemudian meminta Hanifah agar buka suara menyampaikan harapan.
"Segera mungkin, kita berharap, kita bisa segera keluar dari situasi ini dan pergi ke negara ketiga, yang sudah hampir tiga tahun di sini, kita berharap ada hari baik untuk kami," kata Hanifah lirih.
Ia berulang kali menegaskan harapannya agar Hanifah dan keluarga keluar dari Indonesia setelah sekian tahun dihajar ketidakpastian yang melelahkan.
"Saya sudah sangat lelah di sini, saya betul-betul berharap bisa keluar dari sini," ucap dia lagi.