Meski AS kerap melakukan tindakan 'preventif' dari 'kemungkinan' perang antara Rusia-Ukraina, Rezasyah menilai Washington sebenarnya tahu perang tak akan terjadi.
Menurut Rezasyah, AS tidak ingin bertarung di dua medan perang, karena dinilai tidak sanggup.
Rezasyah menyinggung kemungkinan AS bakal terlibat dalam perang di Eropa dan konflik di Laut China Selatan akibat China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rezasyah, AS tidak mungkin menang bila harus berperang di dua wilayah dalam waktu yang bersama.
Meski demikian, AS tetap berusaha mengurangi kekuatan Rusia lewat pembingkaian 'invasi.'
"Kita tahu sekali opini dunia dikendalikan oleh Barat. Jadi yang dikhawatirkan adalah, tidak ada serangan, tapi opini mengatakan begitu, dan konflik kecil pun bisa seolah-olah menjadi pemicu perang," tutur Rezasyah.
"Memang kelemahan Rusia adalah diplomasi publiknya yang tidak optimal. Dia tidak bisa menjelaskan posisinya ke seluruh negara di dunia sehingga negara di dunia dicuci otak oleh Amerika Serikat," lanjutnya.
Pada intinya, AS dan Rusia terus bersaing sejak Perang Dunia II. Wacana politik seperti ini kemudian menjadi alat bagi satu sama lain untuk mengurangi kekuatan masing-masing kubu, mengingat kedua negara merupakan negara adikuasa.
(pwn/bac)