Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan penyelidikan terhadap anggota staf senior, yakni yang memimpin organisasi itu di wilayah Pasifik Barat terkait tudinf atas klaim rasialisme dan pelanggaran keprofesionalan.
"Kami telah mengetahui beberapa kekhawatiran sejak akhir 2021 dan telah mengikuti proses hukum. Dengan kerja sama anggota staf, proses penyelidikan sedang berlangsung," kata Tedros pada hari terakhir pertemuan dewan eksekutif WHO di Jenewa, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (29/1).
Meskipun demikian, Tedros tak membeberkan lebih detail soal kapan penyelidikan dibuka,.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, "Ada batasan untuk apa yang dapat kami katakan saat ini".
Tedros memastikan pihaknya akan serius menangani perkara ini.
"Kami menganggap serius tuduhan ini," ujarnya.
Tuduhan serius, yang dirinci dalam surel yang juga dilihat AFP setelah perselingkuhan itu diungkapkan pada hari Kamis oleh Associated Press. Pada surel tersebut dituliskan Kepala WHO di Pasifik Barat, Takeshi Kasai.
Dokter dari Jepang itu mengatakan dia siap untuk bekerja sama dalam penyelidikan apa pun.
Menurut AP, lusinan anggota staf WHO mengajukan keluhan internal pada Oktober sebelum mengirim surel pada pertengahan Januari ke negara-negara di dewan eksekutif badan PBB itu.
Dalam surel tersebut, mereka menuduh Kasai menerapkan 'kepemimpinan otoriter dan rasialis', juga menambahkan bahwa dia secara teratur berbagi informasi istimewa dengan Kementerian Luar Negeri Jepang, karena tidak ingin mengkritik China dan 'membuang-buang" uang donor.
Setelahnya, banyak negara menyatakan keprihatinan mereka atas masalah ini awal pekan ini. Kemudiabn pada Sabtu ini, sejumlah diplomat meminta WHO untuk menyelidiki semua tuduhan pelanggaran.
"Kami menanggapi semua tuduhan dengan serius dan berharap penyelidikan independen akan dikembangkan sebagai prioritas," kata seorang perwakilan Australia, Sabtu.
Seorang perwakilan Inggris mengatakan, "Sekali lagi kami menyesal telah mendengar hal ini pertama kali di media".
Seorang pejabat Norwegia mengatakan, "kita membutuhkan WHO yang kita semua percayai, negara-negara anggota serta staf, penerima manfaat dan komunitas global. Ini termasuk menciptakan budaya organisasi yang mempromosikan etika yang baik dan membangun kepercayaan di dalam organisasi dan memiliki sistem yang solid untuk aktifkan ini".
Penyelidikan dilakukan pada saat WHO sudah berada di bawah tekanan besar. Selain terkait pandemi Covid-19, dari sisi profesionalitas diketahaui bahwa WHO juga disorot terkait pelcehan seksual yang meluas oleh pekerja kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo.
Pada hari Jumat negara-negara donor utama Organisasi Kesehatan Dunia menuntut agar mempercepat dan memperluas reformasi yang bertujuan untuk mencegah pelecehan seksual oleh staf di lapangan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL WHO Yakin Pandemi Berakhir sampai RI Ambil Kendali Ruang Udara Natuna |