Pejabat Korut Impor Makanan Mewah Jelang Imlek, Warga Masih Krisis
Korea Utara mengimpor makanan mewah dari China menjelang liburan Imlek alias Seollal di tengah krisis pangan. Namun, makanan itu bukan untuk masyarakat umum, melainkan para pejabat Korut.
Salah satu sumber mengungkap bahwa sejak pekan lalu, kapal-kapal kecil dan menengah dari China kerap terlihat lalu lalang melintasi Sungai Yalu menuju Pelabuhan Ryongchon, yang berhadapan langsung dengan Pelabuhan Donggang di China.
"Kapal-kapal ini sebagian besar memuat buah-buahan, minyak goreng, dan gula. Semua kapal itu milik Biro Umum Keamanan Perbatasan, di bawah Kementerian Keamanan Negara," kata sumber itu kepada Radio Free Asia, Jumat pekan lalu.
Seollal sendiri merupakan dua hari libur penting bagi Korea Utara dan Korea Selatan. Selama masa libur itu, biasanya keluarga berkumpul dan memberi hormat kepada leluhur sembari menggelar pesta.
Menurut sumber itu, mereka yang punya kuasa dan hak istimewa akan memanfaatkan momen liburan itu untuk memastikan keluarganya bisa menggelar pesta besar.
Pihak berwenang Korut lantas memberi izin khusus kepada perusahaan perdagangan yang dioperasikan Biro Umum guna mengimpor pasokan makanan untuk merayakan Seollal. Dengan demikian, para pejabat Kementerian Keamanan bisa merayakan Seollal dengan baik.
"Kapal bisa pergi ke Dongang di pagi hari dan memuat boks makanan, lalu kembali ke Ryongchon sekitar pukul 16.00 waktu setempat," ucap sumber itu.
Kru kapal harus melewati prosedur karantina dan desinfeksi sebelum barang-barang diturunkan. Setelah itu, makanan disimpan di tempat aman lalu didistribusikan ke daerah.
"Setelah sepekan, makanan dimasukkan ke kendaraan dan diangkut ke masing-masing daerah, dan diberikan sebagai hadiah kepada pejabat dari kementerian di setiap daerah," tutur dia.
Satu sumber yang tinggal di dekat pelabuhan di Donggang mengatakan, waktu kedatangan kapal sangat diperhatikan agar impor tersebut tak diketahui publik.
"Para pekerja dari perusahaan makanan Donggang memuat buah-buahan dan boks makanan ke kapal, yang segera pergi begitu pemuatan selesai dan barang-barang tertutup," katanya.
Dari sana, mereka melakukan perjalanan ke Ryongchon. Sesampainya di lokasi tersebut, para pekerja dermaga menurunkan barang-barang.
"Semua barang yang masuk ke Ryongchon sebelum Seollal ditutupi dengan layar biru saat kami membongkarnya, sehingga masyarakat umum tak bisa mengenali isinya," kata sumber ketiga yang bekerja di dermaga di Ryongchon.
Namun, warga Ryongchon sadar kapal-kapal itu membawa barang-barang liburan untuk pejabat Kementerian Keamanan Negara.
Melihat semua itu, warga kesal karena pemerintah Korut membuat pengecualian khusus, sementara masyarakat tetap menderita di tengah krisis pangan yang melanda.
"Pihak berwenang menutup perbatasan dengan alasan Covid-19, tapi mereka tak ragu membuka kembali perdagangan maritim sehingga mereka bisa mendapat hadiah," kata salah satu buruh pelabuhan.
Korea Utara tengah dilanda krisis pangan karena sejumlah faktor, di antaranya penutupan perbatasan akibat Covid-19, Akibatnya, impor kebutuhan terhenti, padahal Korut sedang krisis akibat kekacauan pertanian dan bencana alam.
Demi mengatasi krisis itu, pemerintah Korut memerintahkan warga untuk memelihara kelinci dan mengonsumsi angsa hitam.
(isa/has)